PERANG SALIB
A.
Sebab Terjadinya
Perang Salib
Perang
salib atau bisa disebut juga The Crusades War merupakan perang yang
menyedihkan bagi umat muslim. Perang yang tidak peduli siapa pun yang dibunuh.
Perang ini terjadi pada tahun 1096-1291, perang ini terjadi sebagai reaksi
dunia Kristen terhadap dunia Islam yang berada di Asia sejak tahun 632 M.[1] Pada sebuah artikel dikatakan bahwa perang
salib bukan merupakan perang agama akan tetapi merupakan perang untuk
memperebutkan daerah.[2]
Pendapat tidak sepenuhnya salah karena memang pada salah satu faktor terjadinya
perang salib tersebut adalah memperebutkan daerah kekuasaan. Akan tetapi faktor
agama juga mempengaruhi.
Perang
salib awalnya disebabkan oleh adanya persaingan antara Islam dan Kristen.
Penguasa Islam saat itu Alp Arslan melakukan gerakan ekspansi yang kemudian
dikenal dengan “Peristiwa Manzikart” yang terjadi pada tahun 1071 M. Ekspansi
ini menyebabkan orang-orang romawi terdesak. Peristiwa inilah yang menjadi
benih tumbuhnya permusuhan dan kebencian orang-orang kristen.[3]
Sedangkan menurut Karen Amstrong sebab utama yang memicu perang tersebut adalah
pendudukan saljuk di syiria yang sebelumnya telah dikuasai oleh dinasti
fatimiyyah pada tahun 1070 M.[4]
Perang salib berlangsung 200 tahun lamanya, walaupun tidak selama masa
penjajahan yang dialami Indonesia. Perang ini sangat merugikan. Tidak sedikit
manusia yang menjadi korban. Orang-orang tidak bersalah, anak-anak kecil.
Selain itu perang ini juga merusak hubungan antara dunia timur dan dunia barat.
Diantara beberapa faktor penyebab terjadinya perang salib yakni:
1. Faktor agama
Hal ini disebabkan oleh pemerintahan
dinasti saljuk yang sangat berbeda dengan penguasa muslim sebelumnnya. Sejak
dinasti saljuk merebut Baitul Maqdis dari kekuasaan dinasti fatimiyah pada
tahun 1070 M, pihak dari kaum Kristen merasa tidak nyaman lagi dalam beribadah,
karena penguasa saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit
mereka yang hendak melaksanakan ibadah di Baitul Maqdis. Bahkan mereka juga
memdapat perlakuan yang jelek dari orang-orang saljuk yang fanatik.[5] Orang-orang kristen yang baru pulang dari baitul maqdis banyak yang
mengeluh dan kecewa dengan pemerintahan dinasti saljuk. Mereka selalu
dipersulit dalam segala hal, bahkan untuk beribadah di tempat suci bagi mereka
sendiri. Mereka yang merasa kecewa pun melaporkan hal tersebut, sehingga rasa
benci sekaligus iri memicu permusuhan yang besar.
2. Faktor politik
Faktor politik ini dimulai dengan
kekalahan bizantium dan juga atas jatuhnya asia kecil ke bawah kekuasaan saljuk
yang mendorong kaisar Alexius I Comnenus meminta bantuan pada Paus Urbanus II
(1035-1099). Paus Urbanus II bersedia
membantu kaisar konstantinopel karena ada janji dari kaisar Alexius untuk
tunduk di bawah kekuasaan paus di roma sehingga bisa mempersatukan gereja
yunani dan roma. Pada saat itu memang paus memiliki kekuasaan dan pengaruh yang
besar terhadap raja yang berada di bawah kekuasaannya.[6]
Selain itu juga dikarenakan pada masa itu kondisi kekuasaan Islam sedang
melemah sehingga orang-orang Kristen eropa berani untuk ikut dalam perang
salib.
3. Faktor social ekonomi
Faktor social ekonomi ini
muncul dari para pedagang besar yang berada di pantai timur laut tengah,
terutama yang berada di kota Venezia, Ganoa, dan Pisa. Mereka berambisi untuk
menguasai sejumlah kota dagang yang berada di sepanjang pantai timur dan
selatan laut tengah, maka untuk ambisi itulah mereka bersedia menanggung dana
yang digunakan untuk perang salib.
B.
Periodesasi Perang
Salib
Pembagian
terhadap terjadinya perang salib terdapat berbagai pendapat atau versi, menurut
Philip K. Hitti perang salib terbagi menjadi tiga periode yakni:
a. Periode penaklukan (1096-1144)
Kerjasama antara kaisar Alexius dengan
Paus Urbanus II berhasil mengangkat semangat umat
Kristen untuk berperang melawan umat Islam. Hal ini terjadi akibat dari pidato
yang dikemukakan oleh Paus Urbanus II. Isi dari
pidato tersebut menyulut perang salib hingga perang itu pun terjadi pada 26
november 1095. Paus urbanus menyampaikan pidatonya di Clermont, bagian tenggara
perancis. Ia memerintahkan umat Kristen untuk merebut makam suci dari umat Islam.
Orang-orang yang hadir dan mendengarkan pidato paus pun meneriakkan
slogan dues vult (tuhan memberkati).[7]
Hal ini sebagai tanda bahwa mereka merelakan hidup mereka untuk berperang
melawan umat Islam.
b. Periode reaksi umat Islam (1144-1192)
Serangan-serangan dari umat Kristen
menyebabkan beberapa wilayah kekuasaan Islam jatuh ke dalam kekuasaan kaum
salib. Melihat semua kejadian ini ternyata tidak membuat umat Islam kemudian
menyerah dan menerima apa adanya kekalahan tersebut. Jatuhnya beberapa wilayah Islam
ke tangan umat Kristen menjadi obat pembangkit semangat bagi umat Islam. Kaum
muslim pun dengan segera mengumpulkan kekuatan untuk melawan kaum salib.
Nama Imaduddin Zanki pun muncul
sebagai panglima yang memimpin umat muslim untuk melawan. Imaduddin zanki ini
merupakan seorang gubernur mosul. Perang ini membawakan hasil, mereka berhasil merebut kembali Aleppo dan Edesa
(1144). Setelah imaduddin zanki wafat digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin
Zanki. Di bawah kepemimpinan Nuruddin Zanki, umat Islam berhasil membebaskan
damaskus (1147), Antiokhia (1149), dan
mesir (1169).[8] Pasukan zanki ini sangat dihormati
karena imaduddin ini termasuk sosok prajurit yang apa adanya sebagaimana
rakyatnya, ia sama sekali tidak menunjukkan keangkuhan. Sedangkan anaknya yang
bernama nuruddin zanki memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh ayahnya.
Nuruddin berpembawaan lebih halus, diplomatik, dan saleh.[9]
Kemenangan demi kemenangan
terus dicapai oleh umat muslim terutama setelah munculnya Sholahudin Yusuf al-Ayyubi
yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada 2 oktober 1187.[10] Sholahudin (saladin) dikirim oleh Nuruddin pada tahun 1163 M, ia merupakan
keponakan salah satu jenderal tinggi nuruddin.[11] Kemenangan
umat Islam ini menyebabkan kaum salib semakin berambisi untuk berperang,
sehingga perang ini terlihat seperti hanya perang memperebutkan kekuasaan. Tapi
bila dikaji lebih dalam tidak hanya sekedar itu saja, bermula dari merebut
daerah-daerah, setelah dapat dikuasai maka tidak menutup kemungkinan kaum salib
akan memaksakan paham yang mereka anut kepada orang-orang yang mereka kuasai.
Kemudian
Frederick I (barbarosa, kaisar jerman), Richard I (the lion hearted, raja
inggris), dan Philip II (augustus, raja perancis) mengirimkan ekspedisi
militer. Ekspedisi salib ini
terbagi menjadi dua divisi, ada yang melalui darat sebagian lagi menempuh jalur
laut. Namun Frederick tewas ketika
memimpin divisi darat tewas ketika menyeberangi sungai Armenia. Setelah terjadi
pertempuran sengit terjadi pihak sholahudin dan pihak salib melakukan genjatan
senjata dan membuat perjanjian. Isi dari perjanjian itu adalah daerah pedalamn
akan menjadi milik kaum muslimin dan umat Kristen yang hendak berziarah ke
baitul maqdis akan dijamin keamanannya. Sedangkan untuk daerah pesisir utara,
arce, dan jaita berada di bawah kekuasaan tentara salib.[12]
c. Periode perang saudara kecil-kecilan
(1192-1291)
Periode ini juga bisa disebut sebagai periode kehancuran dalam pasukan
salib. Disebut demikian karena pada masa ini pasukan salib sangat berambisi
untuk mendapatkan kekuasaan dan sesuatu yang bersifat materi daripada motivasi
agama. Tujuan utama mereka untuk membebaskan baitul maqdis seolah-olah mereka
lupakan. Mereka merebut konstantinopel dan mendudukinya lalu dikuasai oleh
Baldwin sebagai rajanya. Baldwin ini merupakan raja roma-latin pertama yang
berkuasa di konstantinopel.[13]
Namun
pembagian-pembagian seperti itu tidak mutlak. Dapat dikembangkan kembali
tentang pembagian tersebut, misalnya :
a.
Periode
penaklukan: yang dilakukan oleh kaisar alexius dan paus urbanus II.
b.
Periode
imaduddin zanki: saat umat Islam berhasil merebut kembali Aleppo dan edesa.
c.
Periode
nuruddin zanki: saat umat Islam berhasil merebut damaskus, Anatolia,dan mesir.
d.
Periode
salahudin yusuf al-ayyubi: berhasil merebut baitul maqdis dan memerintahnya
dalam kurun waktu yang lama.
e.
Periode perang
kecil-kecilan.
Dalam perkataan seorang ahli sejarah:
“mereka membunuh semua orang orang saracen dan turki yang mereka temui....pria
maupun wanita”.[14]
Salah satu dari pemimpin tentara salib, Raymond bangga dengan kekejaman ini:
Pemandangan
mengagumkan akan terlihat. Sebagian prajurit kami (ini tindakan yang paling
ringan) memenggal kepala musuh-musuh mereka. Lainnya menembaki dengan panah
sehingga mereka berjatuhan dari menara-menara, lainnya menyiksa mereka lebih
lama dengan memasukkan mereka ke dalam api. Tumpukan kepala, tangan, dan kaki
terlihat di jalan-jalan kota, sehingga kami harus berjalan di atas mayat-mayat
manusia dan kuda. Ini belum seberapa jika dibandingkan apa yang terjadi di
biara sulaiman, tempat di mana ibadah keagamaan kini dinyanyikan kembali.
Disana, para pria yang berdarah-darah disuruh berlutut dengan leher
terbelenggu.[15]
C.
Akibat yang
ditimbulkan perang salib
Setiap
peristiwa yang terjadi pasti memiliki dampak yang bersifat baik ataupun yang
bersifat buruk. Termasuk pula perang salib tersebut juga memiliki dampak.
Perang salib menimbulkan beberapa akibat yang penting dalam sejarah dunia
terutama untuk dunia eropa. Pengetahuan orang-orang timur yang selalu mengalami
peningkatandan maju member daya dorong besar pagi pertumbuhan itelektual eropa
barat. Selain itu adanya perang salib juga menambah lapangan perdagangan,
mempelajari kesenian, dan penemuan-penemuan penting dan sebagainya dari orang Islam.
Dampak negative yang diperoleh kaum salib tidak sebanyak dampak positif yang
didapatkannya. Sedangkan untuk umat muslim justru kebalikan dari mereka ,
banyak kerugian yang didapat. Dari segi
perdagangan, jalur perdagangan dikuasai oleh orang-orang eropa. Dari segi pengetahuan pun banyak penemuan-penemuan yang di akui oleh
orang-orang barat padahal itu adalah murni milik orang-orang Islam.
Perang
salib yang terjadi tersebut sangat mengerikan. Umat muslim bukan satu-satunya
sasaran dari pasukan salib, akan tetapi orang-orang kristen dan yahudi lokal
juga menjadi sasaran mereka. Dalam buku akbar S. Ahmed terdapat fakta tentang
kejadian yang dialami di gereja istambul. Pasukan salib ini memperkosa
wanita-wanita, minum-minuman, dan menelanjangi orang-orang gereja tersebut.[16]
Tidak hanya itu dalam buku tamim ansary mengatakan tentara-tentara salib
mengamuk secara menakutkan, bahkan mereka sampai merebus orang muslim dewasa
untuk sup dan menusuk anak-anak muslim menjadi sate, memanggang mereka di atas
perapian, dan kemudian memakan mereka. Kejadian ini berdasarkan laporan-laporan
tentang kanibalisme tentara salib dari kaum salib sendiri dan sumber-sumber
arab. Saksi mata frank radulph caen misalnya, melaporkan tentang perebusan dan
pemanggangan tersebut.[17]
Perang ini menunjukkan pada kita tentang kekejaman mereka yang menuduh bahwa
dan Islam kejam, suka membunuh, dan
sebagainya, padahal mereka sendiri jauh lebih kejam dan tidak punya rasa peri
kemanusiaan sedikit pun. Seakan-akan mereka menganggap manusia layaknya hewan
buruan yang ada di hutan liar, yang bebas mereka ambil nyawanya, memakannya
atau membuangnya. Mereka lebih tidak berperadaban dibanding kaum barbar.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penjelasan di atas bahwa perang salib (
the crusades war ) terjadi akibat dari beberapa faktor, yaitu :
a.
Kemunculan
islam yang cepat sehingga menimbulkan kekacauan dan sakit hati orang-orang Kristen
b.
Pelaksanaan
ziarah yang dilakukan orang-orang Kristen ke Jerussalem terganggu
c.
Kekacauan
feodalisme di eropa diantaranya perbutan kekuasaan dan system politik yang
amburadul
d.
Jalur
perdagangan international saat itu dikuasai umat islam
e.
Ambisi paus
urbanus II untuk menyatukan Kristen roma dan yunani, serta ingin memperluas
wilayah kekuasaan atau wilayah dominasi
f.
Keterkaitan
pembebasan atau penebusan dosa
Sedangkan untuk periodesasinya
selain yang terdapat pada pembahasan ada juga periodesasi yang dibuat oleh
K.Ali yang berdasarkan gelombang datangnya pasukan salib dari eropa, yakni:
1.
Perang salib I
(1095 M) → pasukan salib berhasil menaklukan Jerussalem
2.
Perang salib
II (1147-1149 M) → Kristen kalah, bermunculan tokoh-tokoh islam seperti
sholahuddin,imaduddin dan nuruddin
3.
perang salib
III (1189-1192 M) → islam dapat dikalahkan
4.
perang salib
IV (1195-1200 M) → Kristen berhasil merebut cicilia dan Beirut namun kemudian
kalah
5.
perang salib V
(1201 M) → tentara salib berhasil menguasai konstantinopel
6.
perang salib
VI (1216 M) → tentara salib dikalahkan oleh islam
7.
perang salib
VII (1238 M) → Kristen merebut kembali Jerussalem namun gagal
8.
perang salib
VIII (1244 M) → Kristen mengalami kekalahan
akibat yang ditimbulkan perang
salib bagi eropa atau umat Kristen:
1.
pertumbuhan
intelektual (renaissance)
2.
pertumbuhan
perniagaan
3.
petumbuhan
bidang industry, pertanian, dan teknik perang
akibat yang ditimbulkan perang
salib bagi umat Islam:
1.
muncul
semangat jihad
2.
muncul rasa
persatuan
3.
hancurnya
sarana-prasarana islam
4.
semangat untuk
melakukan penemuan-penemuan terutama bidang ilmu pengetahuan berhenti
[2] www.wikipedia.com
. 12/03/2011
[6] Ibid.,
[7] Dedi
supriyadi. Sejarah peradaban Islam. Hal. 171-172.
[8] Ibid.
hlm.173.
[12] Ibid. hlm.
174.
[13] Samsul munir
amin. Sejarah peradaban Islam. Hlm. 237.
[14] Gesta Francorum, or the
deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, Trans. Rosallind Hill,
(london:1962), hlm.91, dalam harun yahya. Palestina Zionisme Dan Terorisme
Israel. Bandung: dzikra. Hlm. 33.
[15] August C. Krey, the first crusade: the account of eye witnesses and
participant.(princenton & london: 1921),hlm. 261, dalam harun yahya. Hlm.34.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar