DINASTI MUWAHIDUN
BAB
I
PENDAHULUAN
Umat
Islam sekitar abad ke-12 secara mentalitas boleh dikatakan semangatnya sudah
pudar, apalagi untuk mengembangkan intelektualitasnya. Apalagi kekalahan yang
diderita ketika pasukan salib berhasil menguasai beberapa daerah kekuasaan
Islam di Timur Tengah, sehingga secara perlahan tradisi keilmuan mulai hilang
di dunia Islam yang membawa kepada sebagian umat Islam menyibukkan diri dengan
beribadah kepada Tuhan untuk mendapatkan posisi yang baik di sisi Allah.
Akibatnya muncullah kelompok-kelompok kecil yang lebih memfokuskan pikiran
untuk memberantas kelompok-kelompok yang telah salah paham dalam memahami
Islam.
Kondisi
ini tidak hanya terjadi di Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah waktu
itu, tetapi juga merembes ke daerah-daerah luar, terutama di Afrika bagian
utara yang secara keseluruhan sudah dikuasai Islam. Namun, di tengah besarnya
pengaruh Islam, umat Islam juga tidak terlepas dari perselisihan intern yang
mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan kecil yang membawa terbentuknya sebuah
dinasti. Kasus seperti ini bisa terlihat dalam proses terbentuknya Dinasti
Muwahhidun yang bermula dari gerakan keagamaan dan berubah menjadi gerakan
politik.
Gerakan
keagamaan tersebut dipelopori oleh Ibn Tumart yang beraliran Asy’ariah. Para
sejarawan menyebutnya sebagai Dinasti Muwahhidun (orang yang mengesakan Tuhan)
ketika kekuasaan politik telah dikuasainya. Berkat usaha dan perhitungan yang
matang maka tercapailah sebuah kekuasaan politik oleh gerakan tersebut meliputi
Afrika bagian utara dan Spanyol (Andalusia) di barat yang pada masa sebelumnya
di bawah kekuasaan Murabitun. Namun karena kondisi yang kurang mendukung,
sekitar abad ke-13M dunia Barat bangkit dengan kekuatan baru membuat Muwahhidun
lenyap dari Andalusia kecuali Islam di Cordova yang mampu bertahan sampai abad
ke-15 dikarenakan wilayahnya yang berbukit dan sulit untuk dijangkau.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LATAR
BELAKANG TERBENTUKNYA DINASTI MUWAHHIDUN
Terbentuknya
Dinasti Muwahhidun beranjak dari kondisi Afrika Utara pada waktu kekuasaan
Murabithun mulai melemah. Wafatnya Yusuf bin Tasyufin pada tahun 1106 M,
berakibat buruk bagi Murabithun, karena pemimpin-pemimpin setelah dia adalah
orang-orang yang lemah. Kondisi semakin kacau ketika pimpinan fuqaha’ dipegang
oleh seorang sufi yang ekstrim dan mulai menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan
Sunnah (paham tajassum/ mengatakan bahwa Tuhan mempunyai bentuk seperti tubuh
manusia). Kehidupan masyarakat sudah materialistis, di samping terjadinya
stagnasi dalam pemikiran para pengikut Imam Malik, yang menyatakan tidak perlu
lagi mempelajari Tafsir al-Qur’an dan hadits karena semua itu telah dilakukan
oleh Imam Malik
Dinasti
Muwahhidun bermula dari sebuah gerakan agama-politik yang didirikan oleh
seseorang berber. Ia adalah Muhammad Ibnu Tumar (1078-1130) dari suku masmuda.
Muhammad menyandang gelar simbolis al-Mahdi, dan menyatakan diri sebagai nabi
yang diutus untuk memulihkan Islam kepada bentuknya yang murni dan asli. Dia
mengajarkan kepada sukunya, dan suku-suku liar lainya di Maroko dengan doktrin
Taukhid, keesaan Tuhan, dan konsep spiritual tentang Tuhan. Langkah ini
merupakan bentuk protes pada paham antropomorfisme berlebihan yang telah
menyabar dikalangan umat Islam. karena itu pengikutnya disebut al-Muwahhidun.[1]
Ibnu
Tumart menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus
dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwahkan prinsipnya Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan
kekerasan. Sikap keras itu tentu saja tidak disenangi sebagian besar
masyarakat, terutama kalangan ulama dan penguasa. Dakwah Ibnu tumart mendapat
dukungan dari berbagai suku Barbar, seperti suku Haragah, Hantaniyah, Jadmiyah,
Janfisah.[2]
Gerakan
yang dibangun berdasarkan kebenaran dan kemurnian ajaran Islam tersebut
berhasil merangkul banyak pengikut dari masyarakat, walaupun terkadang
dakwahnya tidak selalu mulus. Pada tahun 1117 M Ibnu Tumart dan pengikutnya
terusir dari tempat tersebut, sehingga dia pergi ke Marakesy . Namun, karena
ditempat tersebut kehadirannya tidak begitu mendapat sambutan, akhirnya dia
pergi ke Tilimsan (Tinmal/Tanmaal). Dari tempat inilah dia menyusun kekuatan
yang berwujud menjadi sebuah dinasti di temani oleh Abdul Mu’min yang ia
dapatkan di Marakesy.
Untuk
menyebarkan dakwahnya dia mengirim da’i keberbagai daerah untuk mengajak kepada
kebenaran (amar ma’ruf) dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk (nahi
mungkar). Kepada pengikutnya dia menyerukan supaya mendirikan shalat tepat
waktu, berakhlak terpuji, taat pada undang-undang, membuat wirid yang dibuat
oleh imam Mahdi dan mendalami kitab-kitab aqidah al-Muwahhidun. Adapun untuk
menggalang (membentengi) diri dari dalam, maka dibentuklah dewan, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Dewan
Menteri (ahlal-syarah/ahl-al-jama’ah) terdiri dari sepuluh orang pembai’ah
al-Mahdi sebagai kepala da’i kalangan murid-murid, seorangnya adalah Abdul
Mu’min
2. Dewan
Majelis pemuka suku yang menjdai wakil tiap suku, jumlahnya lima puluh orang
(al-Khamain)
3. Majelis
Rakyat, terdiri dari para murid (al-Thalabah), keluarga al-Mahdi (ahl al-dar),
kabilah Hurghah dan orang awan (ahl Timal) Tanmaal
Pada
tahun 1130 M Ibn Tumart menemui ajalnya, sehingga melalui kesepakatan Dewan
Menteri dinobatkanlah Abdul Mu’min menjadi khalifah pengganti al-Mahdi dengan
sebutan Amiru al-Mu’minin. Ia dipilih padahal tidak ada hubungan kekerabatan
dengan Ibnu Tumart. Selain itu ia dikenal dengan sebagai orang yang
berpengetahuan luas, pintar, dan pemberani. Pilihan itu ternyata tepat, dibawah
kepemimpinanya kaum al-Muwahhidun meraih kemenangan demi kemenangan. Pada tahun
534H/1139 M kaum Al-Muwahhidun melancarkan serangan serangan ke kubu Al
Murabbitun, sehingga satu persatu kekuasaan Murabitun jatuh ke tangan Muwahidun.[3]
Setelah dinobatkan sebagai khalifah kerjanya adalah mengakhiri Dinasti
Murabithun dan menundukkan kabilah yang ada di Maroko. Akibatnya secara resmi
berdirilah Dinasti Muwahhidun di Maroko dan menjadikan Maroko sebagai pusat
pemerintahannya setelah daerah ini ditaklukan pada tahun 1146 M dengan para
pemimpin sebagai berikut:
1. Ibn Tumart (1130 M)
2. Abdul Mu’min (1163 M)
3. Abu Yaqub Yusuf ibn Abdul Mu’min (1184 M)
4. Abu Yusuf Yaqub ibn Abu Yaqub Yusuf (1199 M)
5. Muhammad ibn al-Nashir (1214 M)
6. Al-Muntashir (1223 M)
7. Abdul Wahid ibn al-Muntashir (1224 M)
8. Abu Muhammad al-Adil(1227 M)
9. Al-Ma’mun (1233 M)
10. Abdul Wahid II (1243 M)
11. Al-Mutamid (1266 M)
12. Abdul ‘Ula Al-Wasiq.(1266-1269).[4]
B. KEMAJUAN
YANG DICAPAI
Semenjak
Abdul Mu’min dinobatkan sebagai khalifah, dengan secara cepat dia melakukan
penaklukkan terhadap daerah-daerah kekuasaan Murabitun, dengan ditaklukkannya
kekuasaan Murabitun yang merupakan lahan-lahan yang subur serta jalur
perdagangan, maka terciptalah kemajuan pada dinasti tersebut. Kemajuan yang
dicapai pada masa Dinasti ini adalah sebagai berikut :
1. Bidang Politik
Ketangguhan
Abdul Mu’min sebagai pengganti al-Mahdi, telah membuka jalan mulus bagi
penguasa berikutnya untuk mengembangkan kekuasaan Muwahhidun di Spanyol dan
Afrika Utara. Pada awal kekuasaannya Abdul Mu’min telah melakukan penaklukkan
besar-besaran untuk memperluas kekuasaan Muwahhidun. Adapun daerah-daerah yang
ditaklukan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahun
1141 M wilayah di Fez, Couta, Tangier dan Aghmath
b. Tahun
1145 M Negeri Spanyol
c. Tahun
1159 M Almenia, dan Gilbartan dijadikan pusat pemerintahan, dan
d. Tahun
1160 M Aljazair, Tunisia dan Tripoli.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Kekuasaan
Dinasti Muwahhidun yang meliputi Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol), sangat
berimbang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat. Boleh dikatakan
bahwa tradisi keilmuan yang telah hilang di dunia Islam bagian timur, apalagi
akibat kesalahpahaman masyarakat terhadap saran al-Ghazali tentang 3 (tiga) hal
pemikiran para filosof dengan mengatakan mereka kafir. Telah bangkit kembali di
dunia Islam bagian barat yang menjadi batu loncatan bagi transmisi (berpindah)
peradaban Islam ke barat, terutama pemikiran-pemikiran dari Ibnu Rusyd. Adapun
para ilmuwan yang muncul pada masa dinasti Muwahhidun ini terutama pada masa
kepemimpinan Abdul Mu’min dan Abu Yakub Yusuf adalah sebagai berikut :
a. Ibrahim
bin Malik bin Mulkun adalah seorang pakar al-Qur’an dan ilmu Nahwu
b. Al-Hafidz
Abu Bakr bin al-Jad seorang ahli figh. Dan Ibnu al-Zuhr ahli kedokteran, dan
c. Ibnu
Bajjah (533 H/1139 M), seorang filosof dengan karyanya The Rule of Solitary. Ia
juga berada di bidang musik yang disebut Avenpace atau Abenpace.
d. Ibnu
Thufail (581 H/ 1105-1185 M), seorang filosof dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan.
Ia juga dikenal sebagai seorang dokter, ahli geografi dan juga dianggap sebagai
penyair Andalusia atau yang dikenal dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi,
Al-Isibily.
e. Ibnu
Rusyd (1126-1198 M), ia adalah seorang filosof , dokter, ahli matematika,
fikih, ahli hukum, ahli astronomi juga seorang poplemik atau dikenal dengan
sebutan Averrous/Averroisme di Barat.
f. Bidang
arsitektur dapat dilihat bangunan menara Giralda di Selville, rumah sakit di
Marakesy dan bangunan lain yang tidak kalah pentingnya seperti masjid jami’ di
Sevilla.
g. Bidang
ekonomi dijalaninya hubungan perdagangan dengan beberapa daerah di Italia,
seperti dengan Pisa, pada tahun 1154 M, Marseie, Voince dan Syalia pada tahun
1157 M.
C. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN
Pada
tahun 1198 M, Abu Yusuf ibn Yakub al-Manshur wafat dan digantikan oleh Muhammad
al-Nashir. Namun kondisi Dinasti Muwahhidun tidak lagi seperti sebelumnya dan
sudah mulai lemah setelah mengalami kemajuan selama 69 tahun. Kelemahan ini
salah satu penyebabnya karena al-Nashir tidak mempunyai pandangan serta wawasan
politik yang luas seperti para pendahulunya. Apalagi pengganti dari Muhammad
al-Nashir dan pengganti-pengganti berikutnya, mereka adalah orang-orang yang
tidak mempunyai semangat juang tinggi seperti para pendahulunya.
Terjadinya
kemunduran dinasti ini juga disebabkan karena orang-orang Kristen Spanyol
setelah mereka memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari umat Islam membuat
mereka sadar akan kondisi yang mereka hadapi, dengan penuh semangat mereka
bangkit dari ketertinggalan dan melakukan penyerangan kepada umat Islam di
Spanyol. Penyerangan tersebut terjadi sekitar tahun 1212 M, oleh kondisi
raja-raja Kristen (Leon, Costile, Navarge dan Aragon) di Spanyol.
Kekalahan
yang diderita oleh Muwahhidun dalam pertempuran tersebut menyebabkan semakin
mudahnya orang Kristen menaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam lain di
Spanyol. Apalagi al-Nashir menyerahkan kekuasaan kepada anaknya yang baru
berusia 15 tahun, yaitu Abu Yakub Yusuf II (al-Muntashir) yang tidak memiliki
kematangan politik untuk menjalankan pemerintahan. Kemunduran semakin meningkat
setelah wafatnya al-Muntashir pada tahun 1221 M, karena muncul perpecahan di
kalangan pembesar Muwahhidun.
Perpecahan
terjadi karena al-Munthasir tidak mempunyai anak laki-laki untuk menggantinya.
Seperti Tunisia berdiri daulah Bani Nafs, sedangkan Tripoli menjadi wilayah
kekuasaan Bani Ayubiyah. Melihat umat Islam terpecah, Kristen semakin gencar
melakukan gerakan untuk mengambil alih kekuasaan Islam, sehingga tahun 1238 M,
seluruh kawasan Spanyol jatuh ke tangan Kristen kecuali Granada yang mampu
bertahan sampai tahun 1492 karena terletak di perbukitan. Dengan hilangnya
pengaruh Muwahhidun di Spanyol serta diikuti keruntuhan kekuasaan di Afrika
telah membawa kehancuran dinasti ini pada tahun 1269 dengan didudukinya Maroko
oleh Dinasti Marin (Mariniyyah)
BAB
III
KESIMPULAN
Dinasti
Muwahhidun lahir dari sebuah gerakan keagamaan yang dipelopori oleh Ibnu Tumart.
Ibnu Tumart ini lahir dari suku masmuda (berber), Ibnu Tumart menganggap bahwa
menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan
kekerasan
Kekuasaan
Muwahhidun tumbuh dan berkembang di Afrika Utara dan Spanyol adalah karena
ingin memurnikan ajaran Islam yang telah dikotori orang-orang Murabhitun pada
fase akhir kekuasaannya. Dinasti ini mampu meraih kejayaan karena pemimpin yang
kuat serta cinta ilmu pengetahuan. Kehadiran dinasti ini telah membuka mata
orang barat untuk mengejar ketertinggalannya dari umat Islam, apalagi setelah
ajaran Ibnu Rusyd (Averoisme) telah mempengaruhi para pelajar barat.
Kemajuan
kemajuan yang diperoleh pada masa dinasti Muwahhidun terutama dalam bidang
politik adalah perluasan wilayah, Tahun 1141 M wilayah di Fez, Couta, Tangier dan Aghmath, Tahun
1145 M Negeri Spanyol, Tahun 1159 M Almenia, dan Gilbartan dijadikan pusat
pemerintahan, dan Tahun 1160 M Aljazair, Tunisia dan Tripoli. Kekuasaan ini
dicapai pada masa abdul mu;min selain itu juga dalam
bidang keilmuan dengan melahirkan tokoh-tokoh pemikir Islam, seperti Ibnu
Thufail, Ibnu Rusdy, Ibnu Bajjah, dan lain-lain.
Setelah mengalami kemajuan yang pesat,
akhirnya dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran, yakni ketika kepemimpinan
dipimpin oleh Muhammad al- Nashir, karena Muhammad al-nashir ini tidak
mempunyai pandangan serta wawasn politik yang luas, seperti para pendahulunya,
apalagi setelah Muhammad Al-Nashir meninggal, penggantinya tidak ada yang
mempunyai semangat juang yang tinggi.
Setelah kurang lebih 139 tahun Dinasti
Muwahidun memerintah akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahidun tiba pada saat
kehancuranya, yakni ketika umat Kristen Spanyol setelah mereka memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dari umat Islam membuat mereka sadar akan kondisi
yang mereka hadapi, dengan penuh semangat mereka bangkit dari ketertinggalan
dan melakukan penyerangan kepada umat Islam di Spanyol. Selain itu hancurnya
kekuatan dalam Dinasti Muwahidun juga karena terjadinya peperangan intern antar
pembesar.
Daftar
Pustaka
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009)
Bosworth. Dinasti-dinasti Islam,
(Bandung:Mizan, 1993)
Hitti,
Philip k. History of the arabs,
(JAKARTA; PT SERAMBI ILMU SEMESTA, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar