Powered By Blogger

Selasa, 22 November 2011

"DINASTI ILKHANIYAH"



"DINASTI ILKHANIYAH"

PENDAHULUAN

Dinasti Ilkhan dikenal dalam berbagai literatur sejarah Islam sebagai salah satu dinasti yang dibangun oleh orang-orang non-Muslim yang kemudian dalam perjalanannnya menjadi sebuah Dinasti Islam. Dinasti Ilkhan muncul ke panggung sejarah dimulai dari pertengahan abad XIII M (tahun 1258 M) sampai dengan dekade keempat dari abad XIV M (Tahun 1343 M), yang wilayah kekuasaannnya meliputi Anatolia, Syiria, Irak, Persia Afghanistan dan India Utara dengan pusat kekuasaannnya di Tabriz. Dengan demikian dinasti ini eksis memerintah kurang lebih selama 85 tahun.
Dinasti ini sebenarnya didirikan oleh orang-orang Mongol yaitu oleh Hulagu Khan, cucu dari Jengis Khan yang sejak awal abad XIII M telah banyak melakukan invasi terhadap wilayah-wilayah Islam khususnya ke kawasan Asia Tengah, seperti Turkistan dan Transoxiana. Kehadiran bangsa Mongol, yang kemudian ditindaklanjuti dengan proses penguasaan mereka melalui dinasti Ilkhan, bagi masyarakat Muslim di kawasan tersebut mungkin kerap dipandang sebagai malapateka karena kehadirannnya yang lebih banyak merugikan masyarakat Muslim di wilayah itu.



PEMBAHASAN

A.  Asal Usul Bangsa Mongol
Bangsa mongol berasal dari pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet Selatan, Manchunia Barat serta Turkistan timur. Nenek moyang mereka berasal dari Alanja Khan yang mempunyai dua putera yaitu Tartar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak yang bernama Ikhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol dikemudian hari.[1]
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol sanagat sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan dan hidupnya berpindah-pindah (Nomad). Yang mempunyai watak yang kasar, suka berperang, berani menghadapi maut, tapi sangat patuh pada pemimpinnya. Agama bangsa Mongol adalah Syamanisme,(penyembah bintang-bintang) yang juga menyembah kepada arwah dengan sajian-sajian karena masih dianggap masih mengatur hidup keturunannya.[2]
Nenek moyang mereka adalah Alanja Khan yang menurunkan, mongol dan Tartar yang pernah terjadi perselisihan. Pada awalnya Tartar mendapat kemenangan, tapi kemudian ditaklukan oleh Mongol, dan kekuasaanya diwariskan oleh anak cucunya hingga Yasuqi Bahadur Khan, ayah Jengis Khan atau Temujin yakni gelar yang diberikan kepada Tuhan untuk menjadi penguasa Dunia.[3] Sehingga melakukan ekspansi dari Tibet yaitu Tangut di Cian Barat dan kemudian ke kuasaan Islam, Turki, Farghana, Samarkhan yang disitu mendapat perlawanan dari penguasa Kwarizme, Sultan Ala al Din di Turkistan. Dan sepuluh tahun kemudian kembali dan berhasil menguasai Samarkhan, Khurasan, Hamadan, Quzwam sampai ke perbatasan Irak.[4] Akhirnya setelah puas peperangannya Jengis Khan pulang ke Mongol tahun 1255 dan meninggal dunia pada usia 60 tahun, dan sebelum meninggal Jengis sudah membagi wilayahnya kepada empat anaknya.[5]
Pertama, adalah Juchi anak sulungnya menduduki wilayah Siberia bagian Barat dan Stepa Qipchaq termasuk juga Khawarizm. Sebelum ia dapat mempimpin wilayah tersebut ia meninggal Dunia sebelum Jengis Khan. Tetapi warisan wilayah itu telah diberikan kepada anaknya yaitu Batu dan Orda. Kedua adalah Chagatay. Wilayahnya meliputi Transoxania sampai ke Turkistan Timuratau Turkistan Cina. Keturunan Chagatay yang ada di Barat yaitu Transoxania telah masuk ke dalam kawasan pengaruh Islam, tetapi kemudian dapat dikalahkan Timur Lenk. Dari Turkistan Timur ia meluaskan daerah ke Serimechye Ili, Tien Syan di Tarim. Mereka tidak terpengaruh Islam tetapi ikut dalam penyebaran Islam di Turkistan Cina abad XVII.[6]
Ketiga adalah Ogotai. Ia terpilih menjadi Khan Agung mengantikan Jengis Khan. Setelah mencapai dua generasi, ke-Khan-an Tertinggi disebut keturunan Tohey. Keempat adalah Tuli. Ia menerima daerah Mongolia. bersama dengan anak-anaknya Mongke dan Qubilay Khan. Mongke tetap bertahan di Mongolia sebagai Khan Agung dengan ibukota Qaraqarum dan Qubilay Khan memerintah di Cina yang terkenal dengan Dinasti Yuan sampai abad XIV. Kemudian digantikan oleh Dinasti Ming yang beragama Budha yang berpusat di Beijing kemudian mereka bertikai dengan ke-Khan-an Islam di Barat dan Rusia. Hulagu Khan saudara Qubilay Khan menyerang daerah-daerah Islam sampai Baghdad.[7]
B.   Para Pemimpin Mongol yang Terkenal
1.    Jengis Khan (7H/12-13 M)
Jengis Khan adalah pemimpin paling terkemuka tanpa tanding. Ialah yang mampu memajukan bangsa mongol dan berhasil menguasai tiga belas suku bangsa mongol, lalu membentuk pasukan yang sangat besar. Ia juga telah meletakkan undang-undang Mongolia yang terkenal. Dan juga telah menaklukan negeri-negeri Asia, dan menghancurkan bangunanya.[8]
2.    Hulagu Khan (7H/13 M)
Hulagu khan adalah cicit dari Yasuqi Bahadur, dan merupakan cucu dari Jengis Khan. Ia adlah pemimpin mongolia yang menghabisi kekhalifhan Abbasyiah, dan menghancurkan Baghdad, dengan membunuh sebagian besar penduduknya. Bahkan juga membunuh khalifah Al-Mu’tasim, khalifah terakhir dinasti Abbasyah. Ia kemudian melanjutkan ekspansinya ke Syiria. Hulagu juga mendirikan pemerintahan Ilkhan di Irak.[9]
3.    Timur Lenk (8 H/14 M)
Timur Lenk adalah penguasa Muslim India yang memerangi negeri-negeri tetangga seperti persia, Irak, Syam, dan Turki. Timur Lenk adalah penguasa yang pemberani, Timur Lenk artinya karena kakinya pincang akibat hunjaman panah dalam pertempuran melawan sijistan.[10]
4.    Zhahiruddin Babur (10 H/15-16 M)
Zhahiruddin Babur adalah pendiri kekaisaran Mongol (Muslim) di India, yang berkuasa sepanjang tahun 932-1257 H/1526-1858 M.[11]
C.  Serangan Hulagu Khan
Tentara Mongol pimpinan Hulagu tiba di luar kota Baghdad pada bulan November 1257. Hulagu mengirim utusan kepada khalifah Al-Musta'sim agar menyerah, tetapi khalifah menolak dan memberi peringatan kepada Hulagu bahwa mereka akan menghadapi murka Allah jika mereka tetap menyerang kekhalifahan yang dipimpinnya.Banyak catatan sejarah yang menyebutkan bahwa ini adalah kesalahan fatal dari khalifah karena segera membuat Hulagu marah dan mempunyai alasan untuk membumihanguskan Baghdad dan membantai warganya padahal khalifah waktu itu masih belum bisa untuk menyiapkan serangan, merekrut tentara maupun memperkuat benteng disekitar Baghdad jadi intinya belum siap menghadapi serbuan bangsa Mongol. [12]
Hulagu segera membagi pasukannya menjadi dua bagian besar untuk menyerbu Baghdad yaitu dari Barat dan Timur sungai Tigris. Awalnya pasukan muslim berhasil memukul mundur serbuan dari barat, tetapi mereka berhasil dikalahkan di pertempuran berikutnya. Serangan bangsa Mongol ini berhasil menyusup ke garis belakang pasukan muslim dan mereka tanpa ampun membantainya dan sebagian mati tenggelam.Pada tanggal 29 Januari 1258, kota Baghdad mulai dikepung dibawah pimpinan jendral China, Guo Khan. Pada tanggal 5 Februari, mereka berhasil menguasai benteng disekitar baghdad. Khalifah kemudian berusaha bernegosiasi dengan Hulagu tetapi ditolaknya. [13]
Akhirnya pada tanggal 10 Februari, Baghdad resmi menyerah. Pasukan Mongol mulai memasuki kota pada tanggal 13, dimana minggu itu merupakan minggu yang sungguh penuh darah dan jerit tangis warga kota Baghdad. Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan dan pembakaran terjadi dimana-mana. Bangsa Mongol menjarah dan menghancurkan Masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit, dan juga banyak bangunan bersejarah. Perpustakaan kota Baghdad (saat itu Baghdad terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dunia) yang penuh dengan buku-buku sejarah, kedokteran dan astronomy dan lainnya dijarah dan semua bukunya dilempar ke sungai Tigris, para saksi mata mengatakan sungai tigris berubah warnanya menjadi hitam dikarenakan saking banyaknya buku yang terendam sehingga tintanya luntur.
Khalifah Al-Mus'tasim ditangkap dan disuruh melihat rakyatnya yang sedang disembelih dijalan-jalan dan hartanya yang dirampas. Kemudian setelah itu khalifah dibunuh dengan cara diinjak-injak dengan kuda sampai mati. Semua anaknya dibunuh kecuali satu yang masih kecil dijadikan budak dan dibawa ke Mongol. Sejarawan Islam, Abdullah Wassaf memperkirakan pembantaian warga kota Baghdad mencapai beberapa ratus ribu orang. Ian Frazier dari majalah The New York Worker memberi perkiraan sekitar 200 ribu sampai dengan 1 juta orang. Setelah kehancuran ini, kota Baghdad tidak pernah lagi menjadi pusat Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan dunia.
Pascaserangan yang sangat dahsyat itu, umat Islam kembali bangkit dari kehancuran. Upaya itu dilakukanselama satu abad. Namun, upaya untuk bangkit itu kembali tersungkur setelah keturunan Hulagu Khan bernama Timur Lenk menyerang dan menghancurkan kota-kota Islam yang menjadi pusat peradaban. Serangan itu terjadi setalah 100 tahun Baghdad diserang Hulagu Khan. Sejatinya, Timur Lenk sudah beragama Islam. Namun, jiwa penakluk yang diwariskan nenek moyangnya membuat Timur Lenk menyerang dan menghancurkan kota-kota Islam. Baghdad pun kembali diluluhlantakkan Timur Lenk. Akibatnya, sulit bagi peradaban Islam untuk kembali bangkit.[14]

D.  Dampak Kekuasaan Mongol
Menarik untuk dicermati, sekalipun perkembangan peradaban Islam pada periode pertengahan seringkali dikatakan berada dalam kondisi kemunduran, namun bukan berarti pada periode ini di kalangan masyarakat Muslim tidak ada perhatian sama sekali terhadap upaya-upaya memajukan dan mengembangkan peradaban Islam. Hal ini pun tampaknya terjadi pada Dinasti Ilkhan. Walaupun Dinasti Ilkhan pada awal kehadirannnya kerap dikatakan sebagai sebagai dinasti pembawa bencana, namun dalam perjalanan sejarahnya dinasti ini memiliki andil juga di dalam upaya membangun dan mengembangkan peradaban Islam, terutama sekali setelah dinasti ini diperintah oleh raja-rajanya yang memeluk agama Islam.[15]
Dampak negatif dari dinasti ini adalah kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol, sejak dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan yang mengoleksi banyak buku yang memperburuk situasi umat Islam. Dan pembunuhan tidak dilakukan terhadap Khalifah Abasyah, namun juga umat Islam yang tidak berdosa. Kemudian dampak positif dari Dinasti ini adalah, setelah para pemimpinya memeluk agama Islam. Mereka dapat menerima dan masuk agama Islam, dari situlah Islam memperoleh kemenangan.[16]
Pada masa Ghazan, seorang yang cinta trhadap ilmu pengetahuan dan sastra ini, peradaban Islam mulai bangkit. Ghazan dikenal sebagai pencinta ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, kimia, mineralogi, metalurgi dan botani dan gemar terhadap seni arsitektur, Mahmud Ghazan, membangun khanaqah untuk para darwis, perguruan tinggi madzhab syafi”i dan Hanafi, perpustakaan, observation dan gedung-gedung umum lainya.[17]



KESIMPULAN
Kehancuran perdaban Islam (Abasyiah 1258 M) tidak bisa terlepas dari serangan Mongol, Hulagu khan yang membumi hanguskan Bagdad 1258. Pada level ini, barangkali Mongol adalah musuh utama bagi Islam kekhalifahan Abbasiyah. Tetapi 40 tahun berikutnya, cicit dari Hulagu, Ghazan membangun kembali peradaban Islam, namun tidak di Asia barat, melainkan di sentral Asia, persia dan sekitarnya. Ghazan Khan merupakan bagian dari dinasti Ilkahniyah, tidak hanya itu peradaban Islam dikalangan Mongol, juga ditorehkan oleh penguasa-penguasa Mongol yang lain. Mereka tersebar dalam tiga generasi, yaitu masa Dinasti Changthai, Golden Horde, dan Ilkhan. Kemajuan pengetahuan arsitektur, ekonomi, sistem administrasi pemerintahan yang menjadi sumbnagan peradaban Islam.
Potret peradaban Islam pada masa Dinasti Ilkhan tidak benar selamanya suram. Kendatipun pada awalnya kehadirannnya kerap dikatakan sebagai sebagai dinasti pembawa bencana, namun dalam perjalanan sejarahnya dinasti ini telah memiliki andil di dalam upaya membangun dan mengembangkan peradaban Islam, terutama sekali setelah dinasti ini diperintah oleh raja-rajanya yang memeluk agama Islam.
Pada masa Dinasti Ilkhan dipegang oleh raja-raja yang telah memeluk Islam peradaban Islam berkembang dengan pesat, sekalipun tidak dapat dipersamakan dengan periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari masih banyak berbagai bentuk khazanah peninggalan peradaban yang ditinggalkan pada periode ini. Ini telah mengindikasikan bahwa para penguasa Muslim Mongol dari dinasti ini banyak memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan infrastruktur masyarakat, bahkan peradaban Islam

 
DAFTAR PUSTAKA

Bosworth, C.E. yang diterjemahkan oleh, Ilyas Hasan, Dinasti-Dinasti Islam, Bandung, Mizan, 1993.
Karim, Adul, Islam di Asia Tengah, Yogyakarta : Bagaswara, 2006, hlm, 35
Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2009, hlm, 212-213
Supriyadi Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008, hlm, 261
Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam, Surabaya : Pustaka Islamika Press, 2003, hlm,204
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo persada, hlm,111 





[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Raja Grafindo persada, 2010), hlm,111 
[2] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2009), hlm, 212-213
[3] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam, (Surabaya : Pustaka Islamika Press, 2003), hlm,204
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] C.E. Bosworth yang diterjemahkan oleh, Ilyas Hasan, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung, Mizan, 1993), hlm, 169
[7] Ibid.
[8] Adul Karim, Islam di Asia Tengah, (Yogyakarta : Bagaswara, 2006), hlm, 35
[9]  Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam,  hlm, 216
[10]  Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam, hlm, 208
[11] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hlm, 261
[16]  Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam,  hlm, 227
[17] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam, hlm, 207

Tidak ada komentar:

Posting Komentar