"DINASTI
ILKHANIYAH"
PENDAHULUAN
Dinasti
Ilkhan dikenal dalam berbagai literatur sejarah Islam sebagai salah satu
dinasti yang dibangun oleh orang-orang non-Muslim yang kemudian dalam
perjalanannnya menjadi sebuah Dinasti Islam. Dinasti Ilkhan muncul ke panggung
sejarah dimulai dari pertengahan abad XIII M (tahun 1258 M) sampai dengan
dekade keempat dari abad XIV M (Tahun 1343 M), yang wilayah kekuasaannnya
meliputi Anatolia, Syiria, Irak, Persia Afghanistan dan India Utara dengan
pusat kekuasaannnya di Tabriz. Dengan demikian dinasti ini eksis memerintah
kurang lebih selama 85 tahun.
Dinasti
ini sebenarnya didirikan oleh orang-orang Mongol yaitu oleh Hulagu Khan, cucu
dari Jengis Khan yang sejak awal abad XIII M telah banyak melakukan invasi
terhadap wilayah-wilayah Islam khususnya ke kawasan Asia Tengah, seperti
Turkistan dan Transoxiana. Kehadiran bangsa Mongol, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan proses penguasaan mereka melalui dinasti Ilkhan, bagi
masyarakat Muslim di kawasan tersebut mungkin kerap dipandang sebagai
malapateka karena kehadirannnya yang lebih banyak merugikan masyarakat Muslim
di wilayah itu.
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Bangsa Mongol
Bangsa mongol berasal dari pegunungan
Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet
Selatan, Manchunia Barat serta Turkistan timur. Nenek moyang mereka berasal
dari Alanja Khan yang mempunyai dua putera yaitu Tartar dan Mongol. Kedua putra
itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak
yang bernama Ikhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol dikemudian
hari.[1]
Dalam rentang waktu yang sangat panjang,
kehidupan bangsa Mongol sanagat sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan
dan hidupnya berpindah-pindah (Nomad). Yang mempunyai watak yang kasar, suka
berperang, berani menghadapi maut, tapi sangat patuh pada pemimpinnya. Agama
bangsa Mongol adalah Syamanisme,(penyembah bintang-bintang) yang juga menyembah
kepada arwah dengan sajian-sajian karena masih dianggap masih mengatur hidup
keturunannya.[2]
Nenek moyang mereka adalah Alanja Khan
yang menurunkan, mongol dan Tartar yang pernah terjadi perselisihan. Pada
awalnya Tartar mendapat kemenangan, tapi kemudian ditaklukan oleh Mongol, dan
kekuasaanya diwariskan oleh anak cucunya hingga Yasuqi Bahadur Khan, ayah
Jengis Khan atau Temujin yakni gelar yang diberikan kepada Tuhan untuk menjadi
penguasa Dunia.[3] Sehingga melakukan ekspansi dari Tibet
yaitu Tangut di Cian Barat dan kemudian ke kuasaan Islam, Turki, Farghana,
Samarkhan yang disitu mendapat perlawanan dari penguasa Kwarizme, Sultan Ala al
Din di Turkistan. Dan sepuluh tahun kemudian kembali dan berhasil menguasai
Samarkhan, Khurasan, Hamadan, Quzwam sampai ke perbatasan Irak.[4] Akhirnya setelah puas peperangannya
Jengis Khan pulang ke Mongol tahun 1255 dan meninggal dunia pada usia 60 tahun,
dan sebelum meninggal Jengis sudah membagi wilayahnya kepada empat anaknya.[5]
Pertama, adalah Juchi anak sulungnya menduduki wilayah Siberia bagian Barat dan
Stepa Qipchaq termasuk juga Khawarizm. Sebelum ia dapat mempimpin wilayah
tersebut ia meninggal Dunia sebelum Jengis Khan. Tetapi warisan wilayah itu
telah diberikan kepada anaknya yaitu Batu dan Orda. Kedua adalah
Chagatay. Wilayahnya meliputi Transoxania sampai ke Turkistan Timuratau Turkistan
Cina. Keturunan Chagatay yang ada di Barat yaitu Transoxania telah masuk ke
dalam kawasan pengaruh Islam, tetapi kemudian dapat dikalahkan Timur Lenk. Dari
Turkistan Timur ia meluaskan daerah ke Serimechye Ili, Tien Syan di Tarim.
Mereka tidak terpengaruh Islam tetapi ikut dalam penyebaran Islam di Turkistan
Cina abad XVII.[6]
Ketiga adalah Ogotai. Ia terpilih menjadi Khan Agung mengantikan Jengis Khan. Setelah
mencapai dua generasi, ke-Khan-an Tertinggi disebut keturunan Tohey. Keempat
adalah Tuli. Ia menerima daerah Mongolia. bersama dengan anak-anaknya Mongke
dan Qubilay Khan. Mongke tetap bertahan di Mongolia sebagai Khan Agung dengan ibukota
Qaraqarum dan Qubilay Khan memerintah di Cina yang terkenal dengan Dinasti Yuan
sampai abad XIV. Kemudian digantikan oleh Dinasti Ming yang beragama Budha yang
berpusat di Beijing kemudian mereka bertikai dengan ke-Khan-an Islam di Barat
dan Rusia. Hulagu Khan saudara Qubilay Khan menyerang daerah-daerah Islam
sampai Baghdad.[7]
B.
Para Pemimpin Mongol yang Terkenal
1.
Jengis Khan (7H/12-13 M)
Jengis Khan adalah pemimpin paling terkemuka tanpa tanding. Ialah yang
mampu memajukan bangsa mongol dan berhasil menguasai tiga belas suku bangsa
mongol, lalu membentuk pasukan yang sangat besar. Ia juga telah meletakkan
undang-undang Mongolia yang terkenal. Dan juga telah menaklukan negeri-negeri
Asia, dan menghancurkan bangunanya.[8]
2.
Hulagu Khan (7H/13 M)
Hulagu khan
adalah cicit dari Yasuqi Bahadur, dan merupakan cucu dari Jengis Khan. Ia adlah
pemimpin mongolia yang menghabisi kekhalifhan Abbasyiah, dan menghancurkan
Baghdad, dengan membunuh sebagian besar penduduknya. Bahkan juga membunuh
khalifah Al-Mu’tasim, khalifah terakhir dinasti Abbasyah. Ia kemudian
melanjutkan ekspansinya ke Syiria. Hulagu juga mendirikan pemerintahan Ilkhan
di Irak.[9]
3.
Timur Lenk (8 H/14 M)
Timur Lenk
adalah penguasa Muslim India yang memerangi negeri-negeri tetangga seperti
persia, Irak, Syam, dan Turki. Timur Lenk adalah penguasa yang pemberani, Timur
Lenk artinya karena kakinya pincang akibat hunjaman panah dalam pertempuran
melawan sijistan.[10]
4.
Zhahiruddin Babur (10 H/15-16 M)
Zhahiruddin
Babur adalah pendiri kekaisaran Mongol (Muslim) di India, yang berkuasa
sepanjang tahun 932-1257 H/1526-1858 M.[11]
C. Serangan Hulagu Khan
Tentara Mongol
pimpinan Hulagu tiba di luar kota Baghdad pada bulan November 1257. Hulagu
mengirim utusan kepada khalifah Al-Musta'sim agar menyerah, tetapi khalifah menolak
dan memberi peringatan kepada Hulagu bahwa mereka akan menghadapi murka Allah
jika mereka tetap menyerang kekhalifahan yang dipimpinnya.Banyak catatan
sejarah yang menyebutkan bahwa ini adalah kesalahan fatal dari khalifah karena
segera membuat Hulagu marah dan mempunyai alasan untuk membumihanguskan Baghdad
dan membantai warganya padahal khalifah waktu itu masih belum bisa untuk
menyiapkan serangan, merekrut tentara maupun memperkuat benteng disekitar
Baghdad jadi intinya belum siap menghadapi serbuan bangsa Mongol. [12]
Hulagu segera
membagi pasukannya menjadi dua bagian besar untuk menyerbu Baghdad yaitu dari
Barat dan Timur sungai Tigris. Awalnya
pasukan muslim berhasil memukul mundur serbuan dari barat, tetapi mereka
berhasil dikalahkan di pertempuran berikutnya. Serangan bangsa Mongol ini
berhasil menyusup ke garis belakang pasukan muslim dan mereka tanpa ampun
membantainya dan sebagian mati tenggelam.Pada tanggal 29 Januari 1258, kota Baghdad
mulai dikepung dibawah pimpinan jendral China, Guo Khan. Pada tanggal 5
Februari, mereka berhasil menguasai benteng disekitar baghdad. Khalifah
kemudian berusaha bernegosiasi dengan Hulagu tetapi ditolaknya. [13]
Akhirnya pada
tanggal 10 Februari, Baghdad resmi menyerah. Pasukan Mongol mulai memasuki kota
pada tanggal 13, dimana minggu itu merupakan minggu yang sungguh penuh darah dan
jerit tangis warga kota Baghdad. Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan dan
pembakaran terjadi dimana-mana. Bangsa Mongol menjarah dan menghancurkan
Masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit, dan juga banyak bangunan bersejarah.
Perpustakaan kota Baghdad (saat itu Baghdad terkenal sebagai pusat ilmu
pengetahuan dunia) yang penuh dengan buku-buku sejarah, kedokteran dan
astronomy dan lainnya dijarah dan semua bukunya dilempar ke sungai Tigris, para
saksi mata mengatakan sungai tigris berubah warnanya menjadi hitam dikarenakan
saking banyaknya buku yang terendam sehingga tintanya luntur.
Khalifah
Al-Mus'tasim ditangkap dan disuruh melihat rakyatnya yang sedang disembelih
dijalan-jalan dan hartanya yang dirampas. Kemudian setelah itu khalifah dibunuh
dengan cara diinjak-injak dengan kuda sampai mati. Semua anaknya dibunuh
kecuali satu yang masih kecil dijadikan budak dan dibawa ke Mongol. Sejarawan
Islam, Abdullah Wassaf memperkirakan pembantaian warga kota
Baghdad mencapai beberapa ratus ribu orang. Ian Frazier dari majalah The New York Worker memberi perkiraan sekitar 200 ribu
sampai dengan 1 juta orang. Setelah kehancuran ini, kota Baghdad tidak pernah
lagi menjadi pusat Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan dunia.
Pascaserangan
yang sangat dahsyat itu, umat Islam kembali bangkit dari kehancuran. Upaya itu
dilakukanselama satu abad. Namun, upaya untuk bangkit itu kembali tersungkur
setelah keturunan Hulagu Khan bernama Timur Lenk menyerang dan menghancurkan
kota-kota Islam yang menjadi pusat peradaban. Serangan itu terjadi setalah 100
tahun Baghdad diserang Hulagu Khan. Sejatinya, Timur Lenk sudah beragama Islam.
Namun, jiwa penakluk yang diwariskan nenek moyangnya membuat Timur Lenk
menyerang dan menghancurkan kota-kota Islam. Baghdad pun kembali
diluluhlantakkan Timur Lenk. Akibatnya, sulit bagi peradaban Islam untuk
kembali bangkit.[14]
D. Dampak Kekuasaan Mongol
Menarik untuk dicermati, sekalipun
perkembangan peradaban Islam pada periode pertengahan seringkali dikatakan
berada dalam kondisi kemunduran, namun bukan berarti pada periode ini di
kalangan masyarakat Muslim tidak ada perhatian sama sekali terhadap upaya-upaya
memajukan dan mengembangkan peradaban Islam. Hal ini pun tampaknya terjadi pada
Dinasti Ilkhan. Walaupun Dinasti Ilkhan pada awal kehadirannnya kerap dikatakan
sebagai sebagai dinasti pembawa bencana, namun dalam perjalanan sejarahnya
dinasti ini memiliki andil juga di dalam upaya membangun dan mengembangkan
peradaban Islam, terutama sekali setelah dinasti ini diperintah oleh
raja-rajanya yang memeluk agama Islam.[15]
Dampak negatif dari dinasti ini adalah
kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol, sejak dari wilayah
timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah
dan perpustakaan yang mengoleksi banyak buku yang memperburuk situasi umat
Islam. Dan pembunuhan tidak dilakukan terhadap Khalifah Abasyah, namun juga
umat Islam yang tidak berdosa. Kemudian dampak positif dari Dinasti ini adalah,
setelah para pemimpinya memeluk agama Islam. Mereka dapat menerima dan masuk
agama Islam, dari situlah Islam memperoleh kemenangan.[16]
Pada masa Ghazan, seorang yang cinta
trhadap ilmu pengetahuan dan sastra ini, peradaban Islam mulai bangkit. Ghazan
dikenal sebagai pencinta ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, kimia,
mineralogi, metalurgi dan botani dan gemar terhadap seni arsitektur, Mahmud
Ghazan, membangun khanaqah untuk para darwis, perguruan tinggi madzhab syafi”i
dan Hanafi, perpustakaan, observation dan gedung-gedung umum lainya.[17]
KESIMPULAN
Kehancuran
perdaban Islam (Abasyiah 1258 M) tidak bisa terlepas dari serangan Mongol,
Hulagu khan yang membumi hanguskan Bagdad 1258. Pada level ini, barangkali
Mongol adalah musuh utama bagi Islam kekhalifahan Abbasiyah. Tetapi 40 tahun
berikutnya, cicit dari Hulagu, Ghazan membangun kembali peradaban Islam, namun
tidak di Asia barat, melainkan di sentral Asia, persia dan sekitarnya. Ghazan
Khan merupakan bagian dari dinasti Ilkahniyah, tidak hanya itu peradaban Islam
dikalangan Mongol, juga ditorehkan oleh penguasa-penguasa Mongol yang lain.
Mereka tersebar dalam tiga generasi, yaitu masa Dinasti Changthai, Golden
Horde, dan Ilkhan. Kemajuan pengetahuan arsitektur, ekonomi, sistem
administrasi pemerintahan yang menjadi sumbnagan peradaban Islam.
Potret
peradaban Islam pada masa Dinasti Ilkhan tidak benar selamanya suram.
Kendatipun pada awalnya kehadirannnya kerap dikatakan sebagai sebagai dinasti
pembawa bencana, namun dalam perjalanan sejarahnya dinasti ini telah memiliki
andil di dalam upaya membangun dan mengembangkan peradaban Islam, terutama
sekali setelah dinasti ini diperintah oleh raja-rajanya yang memeluk agama
Islam.
Pada masa Dinasti Ilkhan dipegang
oleh raja-raja yang telah memeluk Islam peradaban Islam berkembang dengan
pesat, sekalipun tidak dapat dipersamakan dengan periode sebelumnya. Hal ini
terlihat dari masih banyak berbagai bentuk khazanah peninggalan peradaban yang
ditinggalkan pada periode ini. Ini telah mengindikasikan bahwa para penguasa
Muslim Mongol dari dinasti ini banyak memberikan perhatian terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan infrastruktur masyarakat, bahkan peradaban
Islam
DAFTAR
PUSTAKA
Bosworth,
C.E. yang diterjemahkan oleh, Ilyas Hasan, Dinasti-Dinasti Islam, Bandung,
Mizan, 1993.
Karim,
Adul, Islam di Asia Tengah, Yogyakarta : Bagaswara, 2006, hlm, 35
Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta
: Amzah, 2009, hlm, 212-213
Supriyadi
Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008, hlm, 261
Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat
Islam, Surabaya : Pustaka Islamika Press, 2003, hlm,204
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta : Raja Grafindo persada, hlm,111
[1] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta : Raja Grafindo persada, 2010), hlm,111
[2] Samsul Munir, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2009), hlm, 212-213
[3] Taufiqurrahman, Sejarah
Sosial Politik Masyarakat Islam, (Surabaya : Pustaka Islamika Press, 2003),
hlm,204
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] C.E. Bosworth
yang diterjemahkan oleh, Ilyas Hasan, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung,
Mizan, 1993), hlm, 169
[7] Ibid.
[8] Adul Karim, Islam
di Asia Tengah, (Yogyakarta : Bagaswara, 2006), hlm, 35
[9] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm, 216
[10] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik
Masyarakat Islam, hlm, 208
[11] Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hlm, 261
[17] Taufiqurrahman, Sejarah
Sosial Politik Masyarakat Islam, hlm, 207
Tidak ada komentar:
Posting Komentar