BAB II
PEMBAHASAN
Kejayaan Islam di Andalusia sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik bidang ilmu pengetahuan maupun kemajuan bangunan fisik ataupun arsitektur, yang akan penulis bahas di bawah ini.
A. KEMAJUAN INTELEKTUAL DAN KEILMUAN
1. ILMU FILSAFAT
Islam Andalusia pembangunannya dalam bidang ini, sekitar abad ke-9. Sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai berkembang, yakni selama pemerintahan Bani Umayyah ke-5 , yaitu Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman (832-886).[1] Bahkan menurut Drs. Samsul Munir. MA, Perkembangan ilmu filsafat di Andalusia di mulai sejak abad ke-8 hingga abad ke-10. Manuskrip-manuskrip Yunani yang di teliti dan diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol (Andalusia) adalah Abu Bakar Muhammad As-Sayigh yang di kenal dengan Ibnu Bajjah. Tokoh utama kedua yaitu Abu Bakr bin Thufail, yang menulis kitab Hayy Yaqzhan. Dan masih banyak filosof Islam Andalusia salah satunya yaitu Ibnu Rusyd, di Eropa di kenal dengan Averros (1126-1198), pengikut aliran Aristoteles. Selain tokoh filsafat, ia juga sebagai ulama’ fiqh, yang menulis kitab Bidayat Al-Mujtahid dan kedokteran dengan karyanya yaitu kitab Al-Kulliyah fi Ath-Thib.[2]
2. SAINS
Islam Andalusia, sebagaimana yang telah di uraikan diatas adalah salah satu peristiwa terpenting yang mewarnai sejarah islam. Tidak hanya dalam ilmu filsafat, ilmu sains juga berkembang pesat pada masa itu, diantaranya yaitu: ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi, kimia, botani, zoologi, geologi, lmu obat-obatan, geografi, sejarah dan lain sebaginya.
Sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Badri Yatim, MA, dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam yang dikutip dari karya Ahmad Salabi dalam kitapnya Mausu’ah Al Tarikh wa Al- Islamiyah, jilid 4, tokoh yang termashur dalam bidang kimia dan astronomi adalah Abbas bin Farnas yaitu tokoh yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu.[3] Selain tokoh diatas ahli astronomi yaitu Ibnu safar, Ibrahim bin Yahya An-Naqqas, Al-Bitruji. Dalam bidang matematika, pakar yang terkenal adalah Ibn Sina. Ia juga dikenal sebagai teknokrat dan ahli ekologi. Selain tokoh diatas bidang matematika juga melahirkan nama Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya juga ahli dalam bidang teknik.[4] Ahmad Ibn Ibas dari Cordova adalah ahli bidang obat-obatan, Ibnu Juljul, Ibn Hazm, Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid.
Adapun dalam,bidang kedokteran, Ummul Hasan bin Abi ja’far, seorang tokoh dokter wanita. Dalam bidang geografi, yaitu Ibnu Jubar dari Valenca (1145-1228 M), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304- 1377 M) pelancong Islam yang menurut catatan sejarah, dia sempat singgah di Samudra Pasai dan China, Ibn al-Khatib (1317-1374 M) yang menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah.[5] Demikianlah sebagian nama-nama tokoh sains.
3. BAHASA DAN SASTRA
Ketinggian bahasa dan sastra Arab mendorong lahirnya ilmu bahasa dan sastra Arab serta tokoh-tokoh dalam bidang ilmu ini, selain itu, menurut Syalabi yang dikutip dari keterangan Nicholson dan di kutip oleh Maman A. Malik Sya’roni dalam buku sejarah peradaban islam yang ditulis oleh Dudung Abdurrahman, bahwa pada abad 9 M bahasa Arab sudah menjadi bahasa resmi Andalusia.[6] Inilah salah satunya pendorong lahirnya ilmu ini. Islam Andalusia melahirkan banyak tokoh-tokoh bahasa Arab, diantaranya: Ibnu Sayyidih, Muhammad Ibn Malik (pengarang kitap Alfiyah Ibn Malik), Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
Bidang sastra juga berkembang pesat, hal ini terbukti dengan banyaknya para tokoh sastra yang bermunculan, Ibnu Abd Rabbih dengan karyanya Al-Aqd Al-Farid, Ibnu Bassam dengan karyanya Adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah, Al-Fath bin Khaqan yang menulis buku Al-Qolaida dan lain-lain.
4. MUSIK DAN KESENIAN
Musik dan kesenian saat itu, tidak kalah berkembangnya dibandingkan ilmu-ilmu lain, indikasi kemajuannya adalah berdirinya sekolah musik di Cordova oleh Zaryab.[7] Nama aslinya yaitu Al-Hasan bin Nafi, juga dikenal sebagai pencipta lagu pada masanya. Menurut catatan sejarah yang ditulis oleh Dedi Supriadi, M.Ag, dalam bukunya “Sejarah Peradaban Islam” bahwa Zaryab adalah artis terbesar di zamannya, siswa sekolah musik Ishak al-Mausuli dari Bagdat.[8]
5. ILMU AGAMA
Disamping berbagai macam ilmu yang telah di uraikan diatas perkembangan ilmu agama pun juga berkembang pesat, diantaranya yaitu ilmu tafsir, hadist dan ilmu fiqh. Dibidang tafsir Al-Qur’an Andalusia melahrkan beberapa tokoh, antara lain: Ibnu Athiyah (W. 546 H), dan Al-Qurtubi. [9] Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi (W. 1273 M), adapun karya-karyanya adalah Al-Jami’u li Ahkam Al-Quran, terdiri dari 20 jilid, ang di kenal dengan Tafsir Al-Qurtubi.[10]
Dalam bidang hadist, terdapat para pakar seperti, Ibnu Waddah bin Abdul Barr, Al-Qhadi bin Yahya Al-Laisi, Abdul Walid Al-Baji, Abdul Walid bin Rusyd dan Asim yang menulis kitab At-Tuhfah.[11] Dalam bidang ilmu fiqih juga melahirkan para tokoh yang terkemuka diantaranya Abu Bakr Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd penulis kitab Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Mu’tasid,Asyatibi, penulis kitab Al-Muwafaqat fi Ushul As-Syari’ah dan Ibnu Hazm.[12] Islam Andalusia ini menganut madzhab Maliki, yang di perkenalkan oleh Ziyad bin Abd Ar-Rahman.
B. KEMAJUAN DI BIDANG ARSITEKTUR BANGUNAN
Bani Umayyah II merupakan kekuasaan inti di Andalusia,[13] mampu menempatkan Cordova sejajar dengan Baghdat, sebagai peradaban dunia.[14] Kemegahan bangunan fisik Islam Andalusia mendapatkan perhatian dari umat dan penguasa, umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan, pasar, dam, kanal, saluran-saluran air dan jembatan-jembatan dibangun.[15] Di samping itu, istana-istana, masjid yang besar-besar dan megah-megah, seta tempat pemandian dan taman-taman yang semuanya dipersatukan dalam kota yang ditata dengan teratur.[16] Kota Cordova menjadi penting ketika Samah Ibn Malik al-Khaulani menjadikan kota ini menjadi ibu kota propinsi Andalusia menggantikan Sevilla. Ia membangun tembok dinding kota, memugar jembatan tua yang di bangun oleh penguasa Romawi dan bangunan kisaran air.[17]
Ketika Ad-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara, ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan istana.[18] Peninggalan Ad-Dakhil yang hingga saat ini masih berdiri tegak adalah masjid jami’ Cordova, bagian utama dan menaranya dibangun pada masa Hisyam I, sebagaimana keterangan dari Pillip. K. Hitti bahwa ia membuat barisan tiang sebanyak 1.293 buah, yang membentuk sebuah belantara yang agung, mendukung atap masjid. Lampu-lampu yang terbuat dari kuningan, menyerupai bentuk lonceng.[19] Konon pendirian masjid itu menghabiskan 80.000 keping emas yang berasal dari rampasan uang untuk menghiasi bagian atas stuktur bangunan itu. selanjutnya pada masa Al-
Ausath, al-Nashir, al-Mustanshir dan al-Manshur, diperindah dan diperluas, sehingga menjadi masjid paling besar dan paling indah pada masanya.[20]
Perkembangan paling pesat terjadi pada masa al-Mustanshir dan al-Muayyad. Pusat kota dikelilingi oleh dinding tembok dan pintu gerbangnya pada waktu tu sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya. Seperti keteranngan dari Hasan Ibrahim Hasan yang di kutip oleh Dudung Abdurrahman dalam buku Sejarah Peradaban Islam menyatakan bahwa penduduk Cordova kira-kira 500.000 orang, sedangkan rumahnya 13.000, tidak termasuk istana-istana megah. Daerah pinggiran, 300 buah pemandian umum dan 3000 buah masjid. Tidak ada satupun yang menandingi Cordova pada waktu itu selain Baghdat.[21] Menurut Jurji Zaian Cordova (termasuk daerah pinggiran) pada masa al-Manshur ibn Abi Amir jumlah penduduknya kira-kira dua juta orang, bangunannya berjumlah 124.503 buah, 113.000 buah rumah penduduk, 430 buah istana, 6300 buah pegawai negeri, 3.873 buah masjid dan 900 buah pemandian umum.[22]
Selain bukti-bukti kemajuan bangunan diatas, masih banyak bukti-bukti lai yang di bangun oleh umat Islam pada masa itu, seperti istana Al-Hamra dengan gaya arsitektur yang sangat tinggi, yang di rancang para arsitek terkemuka di dunia.[23] Kemajuan Islam Andalusia, kususnya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta bangunan merupakan proses yang sangat panjang dengan terwujudnya kerja sama yang baik antara para sarjana dan intelektual muslim serta di dukung oleh kebijakan pemerintah, kemampuan ekonomi semangat keberagaman dan persaudaraan yang kuat.[24]
[1]. Dedi Supriadi, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 120, sesuai yang dikutip beliau dari Majid Fahri pada halaman 357, menyatakan bahwa pada pemerintahan Bani Umayyah ke-5, yaitu Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman (832-886) ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya mulai berkembang.
[2]. Drs. Samsul Munir Amin. MA, hal. 172
[3]. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 102
[4]. Dedi Supriadi, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam ,hal. 121, yang di kutip dari pendapat Pillip. K. Hitti
[7]. Dedi Supriadi, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam , yang dikutipnya dari keterangan A. Syalabi, lebih lanjutnya bisa dilihat dalam buku tersebut halaman, 122
[8]. Ibid, hal 122
[9]. Amirullah Kandu, Lc, Ensiklopedi Dunia Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 316
[10]. Drs. Samsul Munir Amin. MA, hal. 174
[11]. Amirullah Kandu, Lc, hal. 316
[12]. Drs. Samsul Munir Amin. MA, hal. 174
[13]. Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: LESFI, 2009), hal. 84, yang dikutip dari keterangan Syekh Muhammad Iqbal yang di terjemahkan Sumarno “Misi Islam”
[14]. Ibid, 84, yang dikutip dari keterangan Pillip. K. Hitti dalam buku “Dunia Arab”
[15]. Drs. Samsul Munir, MA, Sejarah Peradaban Islam, hal. 174
[16]. Dedi Supriadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, hal. 123, yang di kutip dari keterangan Abd Rochim
[18]. Ibid, hal. 84, yang dikutip dari keterangan Jurji Zaidan dengan sebuah karyanya “Tarikh al-Tamadun” jilid ke-4
[19]. Pillip. K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), hal. 758
[20]. Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, hal.84
[21]. Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, hal.85-86
[22]. Ibid, hal. 86
[23]. Dedi Supriadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, hal. 123
[24]. Ibid, hal. 123
Tidak ada komentar:
Posting Komentar