Powered By Blogger

Selasa, 22 November 2011

"PUSAT-PUSAT PERADABAN ISLAM III"


PUSAT-PUSAT PERADABAN ISLAM III

 PENDAHULUAN

Pada masa yang dipimpin oleh khalifah sepeninggal nabi Muhammad SAW, Islam terus mengalami perkembangan dan kemajuan.  Tidak hanya dalam penyebaran agama saja tapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan.  Banyaknya kemunculan pusat pusat peradaban Islam di berbagai tempat membuktikan bahwa Islam telah membawa banyak perubahan pada umat manusia. Umat Islam banyak mengkaji keilmuan yang diperolehnya berdasarkan panduan dari kitab suci Al Qur’an dan Al Hadist.  Banyak penemuan dan kejadian yang terkandung di dalam Al Qur’an yang akhirnya membuka cakrawala pengetahuan dunia.  Di pusat pusat peradaban Islam inilah banyak tertinggal sejarah peradaban Islam yang kokoh dan berkembang pesat. Banyak pengetahuan tentang ilmu perbintangan, Science dan masih banyak lagi bidang keilmuan serta penemuan penting yang berguna bagi manusia juga dihasilkan di pusat pusat peradaban Islam ini.  Tidak heran, umat Islam mencapai puncak kejayaan pada masanya.


PUSAT-PUSAT PERADABAN ISLAM  III
1.      DELHI
Delhi adalah sebuah kerajaan Islam di Indiaa Utara yang berkuasa sejak awal abad ke-13 sampai dengan awal paruh kedua abad ke-16.[1] Delhi adalah ibu kota kerajaan Islam India sejak tahun 608 H/1211 M. Sebagai ibu kota kerajaan Islam, Delhi menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di anak benua India. Delhi terletak di pinggir Sungai Jamna. Mula-mula Delhi dikuasai Islam, ditaklukan oleh Quthb Ad-Din Aybak penguasa dari Dinasti Mamluk. Sejak itu Delhi dikuasai oleh para sultan-sultan yang secara berturut-turut terdiri dari dinasti-dinasti, yakni Dinasti Khalji, Tughluq, Sayid, Suri atau Afghan, Lodi, dan yang terakhir Mughal. [2]   
Setelah India di kuasai oleh dinasti-dinasti Islam, India mengalami perkembangan peradaban dan Peradaban Islam di India juga bisa dipisahkan dari keberadaan Dinasti Mughal. Selama tiga abad (932-1274 H/1526-1857 M) dinasti telah mampu memberi warna negeri yang mayoritas beragama Hindu ini. Setidaknya agama Islam menjadi tersebar di seluruh penjuru India.
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur (1526-1530 M).[3] Secara geologis Babur merupakan cucu Timur Lenk (dari pihak ayah) dan keturunan Jeghiz Khan (dari pihak ibu). Ekspansinya ke India dimulai dari dengan menundukkan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi (dinasti Lodi) dengan bantuan Alam Khan (paman Lodi) dan gubernur Lahore. Tahun 1525 M, ia berhasil menguasai punjab dan meneruskannya ke Delhi tahun 1526 M.[4] Sejak itu Babur menguasai India dan Kota Delhi menjadi ibu kota kerajaan Munghal pada masa Humayun (1530-1556), seorang raja yang cinta ilmu.
Hasil peradaban yang dicapai pada waktu dikuasai dinasti-dinasti Islam antara lain:
a.                                         Bidang Seni dan Arsitektur
Masjid Quwwat al-Islam yang didirikan oleh Quthubuddin Aibak dan Quthb Minar merupakan peninggalan Delhi terbaik. Masjid terkenal lainnya, Araidin ka Jopra didirikan di Ajmer, menara Husbug shah yang didirikan pada dinasti Khalji yang semuanya dibangun dengan batu mamer.
Hasil karya seni dan arsitektur pada waktu dinasti Mughal yang sangat terkenal dan bisa dinikmati sampai sekarang, yakni Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yag timbul dengan kombinasi warna-warni, seperti benteng merah (Lah Qellah), istana-istana, makam kerajaan dan yang paling mengagumkan adalah Taj Mahal di Aghra. Istana ini merupakan salah satu dari keajaiban dunia yang dibangun oleh Syah Jehan khusus untuk istrinya Momtaj Mahal.
b.                                        Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang Ilmu Pengetahuan. Banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut Ilmu Pengetahuan, bahkan Istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan.
Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Syah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Pada bidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa I-Alamgiri.


2.      ANDALUSIA
Andalusia adalah sebuah wilayah Islam di Spanyol. Setelah Andalusia menjadi wilayah Islam, maka dibangunlah kembali kota-kota lama di samping membangun kota baru, dengan gaya seni bangunan Islam, dimana kemudian Andalusia terkenal dengan kota-kotanya yang indah, masjid-masjid yang cantik, istana-istananya yang mengagumkan dan taman-tamannya yang mempesona.
Pusat-pusat peradaban Islam di Spanyol adalah sebagai berikut:
a.     Cordova
Cordova merupakan salah satu di antara kota-kota besar yang ada di Andalusia. Cordova merupakan kota lama yang dibangun kembali dengan gaya Islam. Kota ini pertama kali dimasuki Islam pada tahun 711 M oleh pasukan Thariq bin Ziyad.[5] Ketika Abdurrahman I bergelar Abdurrahman Ad-Dakhil masuk ke Andalusia,  telah menjadikan Cordova sebagai ibu kota dari dinasti Spanyol.
Sebagai ibu kota pemerintahan, Cordova di masa Bani umayah mengalami perkembangan pesat. Banyak bangunan baru yang didirikan, seperti istana dan masjid-masjid. Kota ini juga diperluas, membangun sebuah jembatan berarsitektur islam dalam gaya Romawi, dan lain-lain. Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abd Al-Rahman Al-nashir di pertengahan abad ke10 M.Pada masa Islam, Cordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman, dari sutera dan kulit.
Selain terkenal sebagai pusat kerajinan, Pada masa pemerintahan Bani Ummayah di Spanyol, Cordova juga menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri Universitas Cordova, perpustakaan besar yang mempunyai koleksi kira-kira 400.000 judul buku. Hal tersebut tak terlepas dari Abd Al-rahman Al-Nashir dan anaknya Al-Al-HAkam. Pada masanyalah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan sastra di Spanyol Islam. Sehingga Cordova  menjadi lahirnya orang-orang yang memajukan perkembangan Bahasa dan Sastra Arab, seperti sastrawan terkemuka di Andalusia, yakni Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih, Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Dalam bidang kedokteran, Cordova juga sebagai salah satu  pusat aktivitas medis dan melahirkan ilmuwan terkemuka, seperti Ibnu Rusyd yang menghasilkan karya besar, yaitu  Kitab Al-Kuliyat fi Ath-Thib.
Pada tahun 786 M, dibangun sebuah Masjid dengan luas 175x134 meter dan tinggi menaranya 20 meter terbuat adri marmer dan sebuah kubah besar, yang bernama masjid Cordova, dan pada masa Al-Hakam di Cordova terdapat 491 masjid dan 900 pemandian umum. Karena air di Kota ini tak dapat diminum, penguasa Muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang penjangnya 80 km.
b.        Sevilla
Kota Sevilla dibangun pada masa Dinasti Al-Muwahhidun memerintah. Kota ini pernah menjadi ibu kota Andalusia. Awalnya kota ini hanyalah rawa-rawa, tetapi pada masa Romawi diubah menjadi kota  yang bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Hispah, sebelum menjadi Asyibiliyah. Selama dikuasai Islam, kota ini selalu diperidah dengan tanaman-tanaman berbunga dan harum.
Sevilla berada dibawah kekuasaan Islam selama 500 tahun (712-1248 M). Tidak heran jika pada saat ini banyak dijumpai peninggalan-peninggalan seni budaya Islam. Salah satu bangunan yang menjadi kebanggaan umat Islam, kini telah berubah menjadi gereja dengan nama  Santa Maria de la Sede.
c.       Granada
Granada merupakan kota besar di Andalusia, yang pernah  menjadi kebanggaan kaum Muslimin Andalusia. Granada terletak di sekitar 288 km sebelah  timur kota Sevilla, pada sebuah dataran tinggi yang subur.
Pada abad ke12, Granada menjadi Kota terbesar kelima di Spanyol. Sejak abad ke13, Granada diperintah oleh dinasti Nasrid selama lebih kurang 250 tahun. Pada masa itulah dibangun istana megah (Al-Hambra). Istana ini dibangun oleh arsitek-arsitek Muslim pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan sampai tahun 1358 M. Istana ini terletak di sebelah Timur Al-Kajaba, sebuah benteng tentara Islam. Granada terkenal dengan tembok dan 20 menara mengitarinya.
Pada masa Dinasti Umayyah di Andalusia, Granada mengalami perkembangan pesat. Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam Arsitektur maupun dalam politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke 15 pemerintahan menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga.

3.      TRANXOSANIA
Tranxosania adalah wilayah Bukhara dan Samarkand. Tranxosania adalah wilayah yang terletak di Asia Tengah, terletak di sekitar barat Cina dan Selatan Rusia serta di sebelah Timur Afghanistan. Pada wilayah ini terdapat dua kota penting yang menjadi pusat peradaban Islam, yaitu Samarkand dan Bukhara.
a.    Samarkand dan Bukhara
Samarkand dan Bukhara merupakan wilayah kekuasaan masa dinasti Samanid. Ibu kotanya Bukhara, dan kota terkemukanya adalah Samarkand. Pada waktu dinasti Samanid, Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan msayarakatnya hidup sejahtera, Samarkand juga merupakan kota terpenting karena menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam.[6] Penghasilan utama kota Samarkand adalah kertas Samarkand yang terkenal.
Sedangkan Bukhara pada waktu dinasti Samanid merupakan salah satu daerah yang dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Ma Wara’ An-Nahr, yakni daerah-daerah yang terletak di sekitar sungai Jihun di Uzbekiztan, Asia Tengah. Bukhara menjadi pusat pemerintahan dan peradaban pada masa dinasti Samanid. Hal ini berlangsung selama kurang lebih dari 150 tahun.[7] Bukhara bukan saja terkenal dengan keindahannya, tetapi juga menjadi pusat perdagangan yang mempertemukan pedagang-pedagang dari Cina dengan pedagang-pedagang dari Asia Barat. Disana juga mulai berkembang usaha pembuatan kain sutera, tenunan kain dari kapas, perhiasan emas, dan perak dengan berbagai bentuk.
Samarkand dan Bukhara hampir mengungguli Baghdad sebagai pusat pendidikan dan seni. Tidak hanya keilmuan Arab yang dilindungi dan dikembangkan, tetapi keilmuan Persia. Pada masa dinasti Samanid inilah muncul beberapa orang ilmuwan muslim yang berasal dari Bukhara. Diantaranya adalah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Abdul Rahim bin Ahmad Al-Bukhari, dan Abu Hafs Al-Bukhari. Tidak hanya itu, pada masa ini pula, ilmuan Muslim termasyhur, al-Razi mempersembahkan karya utamanya dalam bidang kedokteran yang berjudul al-Manshur kepada pangeran Samaniyah. Tidak hanya muncul beberapa orang Ilmuwan, tetapi pada masa kejayaan dinasti Samanid, di Bukhara terdapat istana yang merupakan Perguruaan tinggi dan pusat kegiatan ilmu dan pengetahuan. Sehingga terkenallah Maktab Nuh bin Nashr As-Samani sebagai perguruan tinggi yang lengkap. 

KESIMPULAN
Delhi, Andalusia, dan Transxosania merupakan bagian dari pusat peradaban Islam yang sangat penting. Di daerah itu banyak sekali peninggalan Islam dan sejarah yang penting tentang kejayaan Islam. Delhi merupakan salah satunya Dinasti Islam yang berjaya di akhir kejayaan Islam. Di sana banyak sekali peradaban yang ditinggalkan baik dalam maslah intelektual atau religius. Salah satu peninggalan bersejarah yang penting adalah Taj Mahal.
Andalusia berhasil di masuki oleh Islam pada tahun 711 M oleh thariq bin ziyad dari Umayyah. Kerajaan Umayyah II di Andalusia merupakan tempat lahinya berbagai ilmu dan tokoh. Sehingga waktu itu menjadi tandingan Bagdad dalam segala ilmu pengetahuan. Di sana terdapat tiga kota penting yang menjadi pusat kerajaan yaitu, Cordova, Sevilla, dan Granada.
Cordova mengalami perkembangan pesat pada masa Dinasti Umayyah, di sana banyak dibangun istana dan masjid-masjid. Di kota ini juga merupakan pusat ilmu pengetahuan, berdirinya Universitas Cordova, perpustakaan besar yang mempunyai koleksi kira-kira 400.000 judul buku. Di Sevilla banyak dijumpai peninggalan-peninggalan seni budaya Islam. Salah satu bangunan yang menjadi kebanggaan umat Islam, kini telah berubah menjadi gereja dengan nama Santa Maria de la Sede. Sedangkan di Granada terdapat istana yang megah, yang di bangun pada dinasti Nasrid yang berkuasa selama lebih kurang 250 tahun yaitu istana Al-Hambra yang dibangun oleh arsitek-arsitek muslim pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan sampai tahun 1358 M.
Transoxania berada di timur baghdad. Pada wilayah ini terdapat dua kota penting yang menjadi pusat peradaban Islam, yaitu Samarkand dan Bukhara. Pada waktu dinasti Samanid, Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan msayarakatnya hidup sejahtera, Samarkand merupakan kota terpenting karena menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam.[8] Sedangkan Bukhara pada waktu dinasti Samanid merupakan salah satu daerah yang dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Ma Wara’ An-Nahr, yakni daerah-daerah yang terletak di sekitar sungai Jihun di Uzbekiztan, Asia Tengah. Bukhara menjadi pusat pemerintahan dan peradaban pada masa dinasti Samanid. Hal ini berlangsung selama kurang lebih dari 150 tahun.
Samarkand dan Bukhara hampir mengungguli Baghdad sebagai pusat pendidikan dan seni. Tidak hanya keilmuan Arab yang dilindungi dan dikembangkan, tetapi keilmuan Persia. Pada masa dinasti Samanid inilah muncul beberapa orang ilmuwan muslim yang berasal dari Bukhara. Diantaranya imam Bukhari seorang ulama hadist, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Abdul Rahim bin Ahmad Al-Bukhari, dan Abu Hafs Al-Bukhari

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2009.
Hitti, Philip. K, History Of The Arabs, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010
Kandu, Amirullah, Ensiklopedi Dunia IslaM, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Maryam, Siti dan dkk, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, Yogyakarta: LESFI, 2009.




[1]Ensiklopedi Islam
[2] Kandu, Amirullah, Ensiklopedi Dunia Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 376
[3] Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam dari Masa  Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI, 2009), hal. 184
[4] Ibid.,
[5] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,  (Jakarta:AMZAH, 2009), hal.
[6] Hitti, Philip. K, History Of The Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), hal.
[7] Kandu, Amirullah, Ensiklopedi Dunia Islam, hal. 365

[8] Hitti, Philip. K, History Of The Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar