PUSAT
PERADABAN ISLAM II
(DAMASKUS,
KHAIRAWAN, ISFAHAN, ISTANBUL)
A.
Damaskus
1.
Sejarah penguasa di Damaskus
Damaskus terletak pada posisi 30ー37エ
bujur timur dan 30ー33
lintang utara. Sekarang menjadi ibu kota Republik Syuriah[1].
Sejak dahulu Damaskus terkenal dengan banyak sungai dan saluran air. Pada
mulanya Damaskus adalah kota pertanian kecil yang terletak di perairan sungai
Bardi. Karena letaknya yang sangat strategis
untuk pusat perdagangan, maka di sana banyak terdapat pasar. Pada milinium ke
tiga sebelum Masehi, Damaskus yang merupakan salah satu kota berpenghuni tertua
di dunia sudah menjadi ibu kota kerajaan Aramid yang maju.
Letaknya
yang berada di persimpangan jalan menuju ke Irak dan anak benua Arab, membuat
Damaskus untuk menjadi pusat perdagangan yang penting. Gerakan penaklukan Islam
mulai memasuki Damaskus di tangan Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Damaskus pada zaman sebelum Islam adalah ibu kota
kerajaan Romawi timur di Syiria.[2]
Damaskus merupakan kota lama yang dibangun kembali dalam zaman daulah Umayyah yang
berpusat di kota ini dari tahun 661-750 M.[3]
Selanjutnya, Damaskus menjadi salah satu wilayah kekuasaan Bani Abbas. Pernah
menjadi ibu kota pada masa khalifah Mutawakkil, tetapi hanya sebentar.
Sekitar
tahun 750 M dinasti Umayyah digulingkan dinasti Abbasiyah dan ibu kota
pemerintahan berpindah ke Baghdad. Ketika kekuasaan Abbasiyah memudar pada 875
M penguasa Mesir Ahmad Ibnu Tulun mengambil alih Damaskus. Sekitar tahun 968 M
dan 971 kota itu dikuasai
Qaramita. Setelah itu dinasti Fatimiyyah di kairo menguasai Damaskus. Sejak
abad 11 dinasti Seljuk menguasai kota tersebut. Pada 1260M bangsa Mongol
menaklukan Damaskus. Tiga abad berikutnya turki Utsmani berkuasa di kota itu dan Pada tahun 1946 Suriah memproklamirkan
kemerdekaannya, hingga
kini Damaskus tetap menjadi ibukotanya.[4]
2.
Perkembangan peradaban Islam di Damaskus
Pada
masa kekuasaan bani Umayah, di kota Damaskus banyak didirikan gedung-gedung
yang indah, yang bernilai seni, disamping kotanya sendiri dibangun sedemikian
rupa teratur dan indahnya, dengan jalan-jalan yang lebih merimbun, kanal-kanal
yang bersimpang siur berfungsi sebagai jalan dan pengairan, taman-taman
rekreasi yang menakjubkan. Di kota ini juga terdapat masjid Damaskus yang megah dan agung, masjid ini dibangun
oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dengan arsiteknya Abu ubaidah bin Jarrah.
Untuk keperluan pembangunannya, Khalifah
al-Walid mendatangkan 12.000 orang tukang ahli dari Romawi, kecuali bangunannya
sendiri memiliki nilai seni yang luar biasa, juga pilar-pilar dan
dinding-dindingnya diukir dengan ukiran-ukiran yang indah dan ditaburi dengan
batu-batu yang bernilai tinggi. Masjid yang panjang 300 meter dan lebarnya 200
meter, dibangun diatas 68 pilar yang kokoh dengan biaya 11.200.000 dinar atau
setara dengan 33.600.000,00 dolar Amerika.[5]
Dalam
perjalanan sejarahnya, Damaskus pernah melewati hari-hari kelabu hingga
dikembalikan oleh Sultan Nuruddin (549 H / 1154 M). Sejak itu Damaskus membuka
lembaran baru dalam kemakmuran dan kekuatan. Damaskus mencapai puncak
kejayaannya pada masa Salahuddin Al-Ayubi. Setelah itu kembali seperti semula,
menjadi sebuah wilayah kekuasaan dinasti Mamluk berikut dinasti Usmani. Para
penguasa Usmani sangat memperhatikan Damaskus karena posisinya yang penting
dalam segi keagamaan dan perdagangan.
Sejak
Islam masih dini, Damaskus terkenal sebagai kota pelajar. Karena banyaknya
sekolah yang ada di sana. Pada masa Salahuddin Al-Ayubi jumlah sekolah mencapai
20 buah, di antaranya; Sekolah Adiliah, Sekolah Dhahiriah, Sekolah Jamqumiah,
Sekolah Rawahiah, Sekolah Shalahiah, Sekolah Asadiah, Sekolah `Ashruniah,
Sekolah `Aziziah dan lain-lain. Juga terkenal dengan sejumlah perpustakaan.
Yang paling terkenal adalah Perpustakaan Sekolah Adiliah. Pada zaman dahulu,
Damaskus juga terkenal dengan banyaknya rumah sakit milik lembaga pendidikan
kedokteran tertentu dan banyaknya sekolah-sekolah kedokteran.
Sepanjang sejarah kekhalifahan Islam
yang silih berganti, Damaskus telah banyak menelorkan ulama besar, seperti;
Hafiz Abdul Aziz At-Timiy, Hafiz Abu Zar`ah tokoh hadis terkemuka Syekhul Islam
Ibn Taymiah, Ibn `Asakir, Abu Syamah, Ibn Katsir, Ibn Malik, Ibn Syathir,
Rashid, Ibnu Baythar dan Ibnu Nafis. Mesjidnya yang paling terkenal adalah
mesjid Umawi dan peninggalan sejarahnya yang paling tersohor adalah benteng
Damaskus.[6]
B.
Khairawan
1.
Sejarah kota
Khairawan
Khairawan merupakan kota baru
diafrika utara. Kota ini dibangu pada masa dinasti umayyah. Aqabah bin Nafi
yang telah diangkat oleh khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan menjadi gubernur
Afrika, memindahkan ibu kota wilayah Afrika dari Barqah ke suatu desa nernama
Kairawan. Dan dibangunlah ditempat itu ibu kota baru dari afrika yang juga
dinamakan Khairawan.[7]
Setelah pergolakan dibawa oleh pemberontakan
Khawarij, kota itu berada di bawah kekuasaan Aghlabid pada abad
kesembilan, dan di bawah patronase mereka itu berubah menjadi pusat regional
keagamaan intelektual dan penting, yang dikenal untuk sekolah dan berhenti haji.
2.
Peninggalan Peradaban Islam di Khairawan
Sesuai
dengan kota-kota islam yang lain, Kharawan dibangun dengan gaya arsitektur Islam,
yang dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman, daerah pedagangan,
daerah industri, daerah militer dan sebagainya. Di kota Khairawan terdapat
masjid Khairawan yang dibangun pada masa kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik oleh
Aqabah, gubernur Afrika Utara. Masjd ini adalah yang termashur. Berkali-kali
masjid ini mengalami perbaikan dan pelebaran oleh para gubernur yang silih
berganti menjabat, sehingga akhirnya menjadi satu masjid kebanggaan kaum
muslimin di Afrika Utara, terutama dengan kubahnya yang terkenal dengan
“Qubatul Bahwi”.
Kota
Khairawan kemudian menjadi kota internasional, karena di dalamnya berdiam
bangsa-bangsa Arab, Barbar, Persia, Romawi, dan lain-lain. Khairawan juga
merupakan kota pusat ilmu, disamping sebagai kota militer.[8]
Masjid besar khairawan, yang masih berdiri sebagai saingan bagi masjid-masjid
termashur di Timur, mulai dibangun di bawah kekuasaan Ziyadat Allah dan
disempurnakan oleh Ibrahim II (874-902). Tempat berdirinya masjid itu juga
merupakan lokasi berdirinya bangunan suci ‘Uqbah, pendiri Khairawan.
Masjid ‘Uqbah oleh para penerusnya telah dihiasi dengan
pilar-pilar marmer yang di dapat dari puing-puing kartago, yang kemudian di
dimanfaatkan lagi oleh penguasa Aglabiyah. Menara persegi yang melengkapi
bangunan masjid ini, yang juga merupakan peninggalan bangsa umayyah terdahulu,
dan termasuk yang paling lama bertahan di Afrika, memperkenalkan bentuk menara
ala suriah kepada masyarakat di afrika barat-laut. Model menara itu bahkan
tidak pernah tergantikan oleh bentuk-bentuk lain yang lebih ramping dan tinggi
seperti yang ada dalam peninggalan Persia dan banguna ala mesir. Dalam gaya
Suriah, bata digunakan sebagaimana gaya-gaya bangunan lain menggunakan batu.
Berkat masjid ini, Khairawan, dikalangan muslim barat menjadikota suci keempat,setelah
Mekah, Madinah dan Yerusalem- salah satu dari gerbang surga.[9]
C.
Isfahan
1.
Sejarah kota
Isfahan
kota
Isfahanl adalah ibu kota
kerajaan shafawi. Kota Isfahan merupakan kota tua didirikan oleh yazdajird I
(buhtanashar) raja Persia. Kota Isfahan dikuasai islam pada tahun 19 h/640 m
pada masa umar bin khathtab. Kota Isfahan sekarang masuk dalam wilaya Iran. Pada waktu Abbas I sultan safawiyah menjadikan Isfahan
sebagai ibu kota kerajaanya, kota ini menjadi kota yang luas dan indah. Kota
ini terletak di atas sungai zandah, dan
di atasnya membentang tiga buah jembatan yang megah dan indah.
Pada
tahun 625 terjadi pertempuran besar di Isfahan, ketika tentara mongoldatang
menyerbu negeri-negeri islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian
dari wilayah kekuasaan wilaya mongol itu. Ketika timur lenk menyerbu
negeri-negeri islam pada tahun 790h/1388 m, kota Isfahan ikut jatuh di bawah kekuasaan
timur lenk. Setelah itu kota Isfahan dikuasai oleh kerajaan turki usmani pada
tahun 955 h/1548 m. pada tahun 1134 h/1721 m terjadi pertempuran antara Husain
syah, raja shafawi dengan Mahmud la-afghani, yang mengakhiri riwayat kerajaan
syhafawi. Pada tahun 1141 h/1729 m, kota Isfahan berada di bawah kekuasaan
nadir syah.[10]
2.
Peninggalan peradaban Islam di Isfahan
Di
kota ini berdiri bangunan-bangunan indah seperti istanah, sekolah-sekolah,
masjid-masjid, menara, pasar, dan rumah-rumah
dengan ukiran arsitektur yang indah. Keunikan Isfahan sebagai aset
budaya Timur Tengah, tak lepas dari perjalanan sejarah yang teramat panjang.
Sejak berabad lalu, Isfahan terus mengalami perubahan budaya dengan mewariskan
banyak bangunan tua berarsitektur budaya Islam. Di antaranya adalah Masjid
Jum'at dan Gedung Chahar Bagh.
Masjid
Jum'at dianggap masjid paling tua di Isfahan. Masjid ini pertama kali dibangun
pada tahun 138 Hijriah, kira-kira pada zaman Dinasti Seljuk ketika dikalahkan
sebuah dinasti keturunan Jengis Khan. Masjid ini terletak berdekatan dengan
tanah lapang yang dikenal dengan nama Lapangan Hijau, Darsdasth. Seperti juga
Masjid Jumat, Gedung Chahar Bagh
termasuk salah satu bangunan yang berusia sangat tua.
Gedung
ini peninggalan raja Shah Sultan Husein pada zaman Dinasti Safawi, sekitar pada
tahun 1706 masehi. Bangunan ini dikenal sebagai 'kawah candradimuka' bagi
orang-orang yang belajar ilmu agama pada zaman dulu. Tak jauh dari Chahar Bagh,
terdapat sebuah lapang yang dinamakan Maidan Naqse, yang artinya 'peta dunia'.
Konon disebut begitu karena tempat ini dianggap titik pusat penunjuk jalan
menuju sejarah budaya Islam dunia. Lapangan yang juga dikenal dengan nama
Maidan Imam ini berdimensi 500 x 165 meter persegi.
Sebagai
kota wisata ternama di Iran, Isfahan terus berbenah diri untuk menyambut para
wisawatan mancanegara. Salah satu caranya dengan terus membangun sejumlah hotel
dan penginapan di beberapa sudut kota. Namun dari sekian tempat akomodasi di
Isfahan, Hotel King Abbas yang paling menarik perhatian wisatawan. Betapa
tidak, bangunan hotel ini begitu megah dan mewah. Hotel berbintang lima ini
terdiri atas 230 kamar.
Namun
yang menjadi daya tarik tempat ini adalah gaya aristekturnya yang mengagumkan.
Hotel dibangun dengan merujuk pada arsitektur
zaman Safavid, yakni dengan menitikberatkan pada konsep kekokohan atap dan
penyangga bangunan. Bangunan ini kian indah oleh tampilan sejumlah gambar dan
simbol-simbol natural yang didominasi warna zamrud. King Abbas semakin menawan
dengan terhamparnya taman luas yang disebut Taman Persia[11]
D.
Istambul
1.
Sejarah kota
Istambul
Kota
Istambul adalah ibu kota kerajaan Turki Usmani. Kota ini awalnya merupakan ibu
kota ibu kota kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstatinopel. Kota Konstatinopel
sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengna nama Konstantinopel
oleh kaisar Constantin, kaisar Romawi Timur. Pada tahun 395 m, kerajaan romawi
pecah menjadi dua, Romawi Timur dan Romawi Barat. Romawi barat beribu kota di Roma
(Itali), sedangkan Romawi Timur beribu kota di Konstatinopel.
Konstantinopel
jatuh ke tangan umat Islam pada masa dinasti turki usmani di bawah pimpinan
sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad al Faith pada tahun 1453, dan dijadikan ibu kota keraajaan Turki Usmani.
Bahkan jauh sebelum sultan Muhammad al-Fatih dapat menguasai Konstantinopel,
para penguasa Islam sudah sejak zaman khulafaur rasyidin, kemudian khalifah
bani umayyah dan khalifah bani abbasyiah berusaha untuk menaklukan kota
konstatinopel. Namun, baru pada masa kerajaan
turki Usmani uasaha dapat berasil. Oleh sultan Muhammad al-fatih, kota
konstantinopel yang artinya kota constantin, diubah namanya menjadi Istanbul
yang artinya kota islam. Sebagaimana halnya pada masa kerajaan ramawi timur,
kerajaan turki usmani dengan ibu kota Istanbul juga menjadi sebuah Negara adi
daya pada masa kekuasaanya. Wilayah kekuasaanya meliputi sebagian besar wilayah
eropa timur, asia kecil, dan afrika utar. Bahkan daerah-daerah islam yang lebih
jauh juga mengakui kekuasaan Istanbul.[12]
2.
Peninggalan peradaban Islam di Istanbul
Dalam
bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun membuktikan kemajuannya. Setelah
menaklukan Constantinople, Mehmed II yang kala itu baru berusia 21 tahun
meminta agar pasukannya tak membantai warga kota serta tak merusak bangunan
yang ada. Mehmed juga mengubah Katedral St. Sophia menjadi masjid, dan pada
hari Jumat pertama, 2 Juni 1453, dia dan pasukannya menggelar shalat Jumat di
tempat itu.
Di
awal abad ke-17, Sultan Ahmet I mendirikan Majid Biru di seberang Aya Sofia.
Tak seperti Aya Sofia yang memiliki empat menara, Masjid Biru memiliki enam
menara dan 36 kubah kecil di sekitar kubah induk. Dan Aya Sofia sejak itu
menjadi museum. Lukisan-lukisan kramik peninggalan Katholik di dinding dan di
langit-langit St. Sophia masih dapat disaksikan hingga kini. Untuk memberi
nuansa Islam, Ottoman memasang tujuh kaligrafi besar di ruang utama, yang
masing-masing bertuliskan nama Muhammad, empat khalifah pertama, Abu Bakar,
Umar, Usman dan Ali, serta dua cucu Muhammad, Hassan dan Hussein.
Pengaruh
jatuhnya konstantinopel besar sekali bagi Turki Usmani. Kota tua itu adalah
pusat kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi
pusat agama Kristen. Kesemuanya itu diwarisi
oleh Usmani. Dari segi letak, kota itu sangat strategis karena menghubungkan
dua benua secara langsung, Eropa dan Asia. Istanbul merupakan pusat peradaban
pada kekuasaan Turki Usmani yang terpenting. Bukan saja karena keindahan kotanya, akan tetapi juga karena di
kota bekas pusat kekuasaan romawi timur itu terdapat pusat-pusat kajian
keilmuan yang mendorong puncak kejayaan peradaban islam.[13]
E. Kesimpulan
Di kota Damaskus, pada masa kekuasaan bani Umayah, di
kota Damaskus banyak didirikan gedung-gedung yang indah, yang bernilai seni,
disamping kotanya sendiri dibangun sedemikian rupa teratur dan indahnya, dengan
jalan-jalan yang lebih merimbun, kanal-kanal yang bersimpang siur berfungsi
sebagai jalan dan pengairan, taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Di
kota ini juga terdapat masjid Damaskus yang megah dan
agung, masjid ini dibangun oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dengan
arsiteknya Abu ubaidah bin Jarrah.
Sejak Islam masih dini,
Damaskus terkenal sebagai kota pelajar. Karena banyaknya sekolah yang ada di
sana. Pada masa Salahuddin Al-Ayubi jumlah sekolah mencapai 20 buah, di
antaranya; Sekolah Adiliah, Sekolah Dhahiriah, Sekolah Jamqumiah, Sekolah
Rawahiah, Sekolah Shalahiah, Sekolah Asadiah, Sekolah `Ashruniah, Sekolah
`Aziziah dan lain-lain. Juga terkenal dengan sejumlah perpustakaan. Yang paling
terkenal adalah Perpustakaan Sekolah Adiliah. Pada zaman dahulu, Damaskus juga
terkenal dengan banyaknya rumah sakit milik lembaga pendidikan kedokteran
tertentu dan banyaknya sekolah-sekolah kedokteran.
Di kota Kharawan dibangun dengan gaya arsitektur Islam, yang
dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman, daerah pedagangan, daerah
industri, daerah militer dan sebagainya. Di kota Khairawan terdapat masjid
Khairawan yang dibangun pada masa kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik oleh
Aqabah, gubernur Afrika Utara. Masjd ini adalah yang termashur. Berkali-kali
masjid ini mengalami perbaikan dan pelebaran oleh para gubernur yang silih
berganti menjabat, sehingga akhirnya menjadi satu masjid kebanggaan kaum
muslimin di Afrika Utara, terutama dengan kubahnya yang terkenal dengan
“Qubatul Bahwi”.
Di kota Isfahan, berdiri
bangunan-bangunan indah seperti istanah, sekolah-sekolah, masjid-masjid,
menara, pasar, dan rumah-rumah dengan
ukiran arsitektur yang indah. Keunikan Isfahan sebagai aset budaya Timur
Tengah, tak lepas dari perjalanan sejarah yang teramat panjang. Sejak berabad
lalu, Isfahan terus mengalami perubahan budaya dengan mewariskan banyak
bangunan tua berarsitektur budaya Islam. Di antaranya adalah Masjid Jum'at dan Gedung
Chahar Bagh.
Masjid Jum'at dianggap masjid paling
tua di Isfahan. Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 138 Hijriah,
kira-kira pada zaman Dinasti Seljuk ketika dikalahkan sebuah dinasti keturunan
Jengis Khan. Masjid ini terletak berdekatan dengan tanah lapang yang dikenal
dengan nama Lapangan Hijau, Darsdasth. Seperti juga Masjid Jumat, Gedung Chahar Bagh termasuk salah satu
bangunan yang berusia sangat tua.
Sedangkan di kota
Istanbul, Di awal abad ke-17, Sultan Ahmet I mendirikan Majid Biru di seberang
Aya Sofia. Tak seperti Aya Sofia yang memiliki empat menara, Masjid Biru
memiliki enam menara dan 36 kubah kecil di sekitar kubah induk. Dan Aya Sofia
sejak itu menjadi museum. Lukisan-lukisan kramik peninggalan Katholik di
dinding dan di langit-langit St. Sophia masih dapat disaksikan hingga kini.
Untuk memberi nuansa Islam, Ottoman memasang tujuh kaligrafi besar di ruang
utama, yang masing-masing bertuliskan nama Muhammad, empat khalifah pertama,
Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, serta dua cucu Muhammad, Hassan dan Hussein.
bagaimana pendapat kawand2...???
BalasHapusTitanium-Arsenite Ironing - Stainless Steel - Tioga Artworks
BalasHapusStainless Steel · The aluminum-topped aluminum-topped aluminum-topped aluminum-topped titanium granite countertops aluminum is a trekz titanium pairing critical ingredient ceramic vs titanium flat iron in the development of titanium gr 2 plastics. · A titanium bike good alloy can
click resources sex dolls,sex chair,sex chair,japanese sex dolls,male masturbator,wholesale sex doll,dildo,horse dildo,sex chair visit site
BalasHapusq365y1wjyom478 dog dildo,dildos,Wand Massagers,Wand Massagers,Male masturbators,wholesale sex toys,vibrators,finger vibrator,horse dildo g829p9rwtzd449
BalasHapus