Powered By Blogger

Selasa, 22 November 2011

DINASTI AL-MURABITHUN (448H/1056M-541H/1147M)


DINASTI AL-MURABITHUN
(448H/1056M-541H/1147M)
 
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan Bani Ziridiyah (tahun 1148 M) dan Hammadiyah (tahun 1152 M), kemudian muncul penguasa baru yaitu Al-Murabithun. Al-Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan keagamaan yang muncul pada awal pertengahan abad ke-5 Hijriyah, dipimpin oleh seorang tokoh agama dari Qairawan bernama Abdullah ibn Yasin.[1]
Nama Al-Murabithun diambil dari nama tempat belajar yang dibangunnya di negeri Niger (Senegal) sebelah barat suku Lamtunah yang disebut ribath. Mereka juga disebut dengan al-Mulaththimun, karena tradisi mereka memakai litham (semacam tudung atau cadar) di bagian muka mereka untuk melindungi diri dari terik matahari dan cuaca dingin.
Setelah berhasil memasukkan pengaruhnya di antara suku-suku Sanhaja, Abdullah ibn Yasin tidak hanya mengajarkan agama Islam dan membimbing peribadatan mereka saja, tetapi juga menghimpun dan melatih mereka menjadi satu kekuatan untuk melakukan jihad melawan orang-orang kafir. Setelah itu suku-suku Judalah, Missufah, Lamtunah, Mahmunah, Tikalatah dan daerah-daerah sekitarnya berhasil dikuasai. Pada giliran berikutnya, al-Murabithun mulai mengarahkan pergerakannya dari keagamaan semata-mata menjadi pergerakan politik dan kemiliteran. Urusan politik dan administrasi keuangan dipegang langsung oleh Abdullah ibn Yasin, sedangkan urusan kemiliteran dipercayakan kepada Yahya ibn Umar, salah seorang murid setianya dari suku Lamtunah.[2]
Menurut Taufiqurrahman, sebab-sebab berdirinya dinasti ini di antaranya adalah: 1)Timbulnya pertentangan antara kerajaan Ghannah dan Mulatstsimun, yang menimbulkan kekacauan ekonomi; 2) Adanya semangat keagamaan yang menggelora pada diri orang-orang Murabithun; 3) Adanya keinginan suku-suku di Sahara untuk tetap bernaung di bawah kekhalifahan Abbasiyah; 4)Adanya serangan yang dilancarkan orang Kristen terhadap daerah kekuasaan Islam.[3]

B.       Murabithun Atau Al Murawiyah Di Afrika Utara Dan Spanyol (1056-1147 M)
Murabithun atau Al–Murawiyah merupakan salah satu Dinasti Islam yang berkuasa di Maghrib. Murabithun atau Almoravid  adalah dinasti Berber yang berasal dari Sahara dan menyebar di wilayah Afrika Barat-Laut dan semenanjung Iberia selama abad ke-11. Dibawah dinasti Moor, kekaisaran ini terbentang dari Maroko, Sahara Barat, Gibraltar, Tlemcen (di Aljazair), Senegal, Mali, Spanyol dan Portugal.[4]
Nama Al- Murabithun (yang secara harfiyah artinya adalah orang-orang yang tinggal di benteng tapal batas) berkaitan dengan nama tempat tinggal mereka yang pada awalnya mereka menempati ribat (benteng) di mulut sungai Senegal, dan dari sini prajurit-prajurit iman menyebarkan bentuk Islam yang sederhana dan fundamentalis melalui Sudan barat.[5] Asal-usul dinasti ini dari Lamtunah, salah satu dari suku Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar).
Pada abad ke-11 pemimpin Sanhaja, Yahya bin Ibrahim, melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Dan sekembalinya dari Arabia, ia mengundang Abdullah bin Yasin seorang alim terkenal di Maroko, untuk membina kaumnya dengan keagamaan yang baik, kemudian beliau dibantu oleh Yahya bin Umar dan saudaranya Abu Bakar bin Umar. Perkumpulan ini berkembang dengan cepat , sehingga dapat menghimpun sekitar 1000 orang pengikut.[6]
Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin Umar mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dar’ia, dan kerajaan Sijilmasat (tahun 447 H/1055M)[7] yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin. Ketika Yahya bin Umar meninggal Dunia (tahun 448H/1056)[8], jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar, kemudian ia menaklukkan daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan selanjutnya menyerang suku Berghwata yang menganut paham bid’ah. Wilayah selatan Maroko, Negara Sus, Aghmat dan Berghwata dapat ditakhlukkan tahun 452H[9].  Dalam penyerangan ini Abdullah bin Yasin wafat (1059 M). Sejak saat itu Abu Bakar memegang kekuasaan secara penuh dan ia berhasil mengembangkannya, dan dari sini pula diyakini sebagai awal dari sistem kesultanan.[10]
Abu Bakar berhasil menaklukkan daerah Utara Atlas Tinggi dan akhirnya ia dapat menaklukkan daerah Marrakech (Maroko). Kemudian ia mendapat berita bahwa Buluguan, Raja Kala dari Bani Hammad mengadakan penyerangan ke Maghrib dengan melibatkan kaum Sanhaja. Mendengar berita itu ia kembali ke Sanhaja untuk menegakkan perdamaian. Setelah berhasil memadamkan, tahun 453H ia menyerahkan kekuasaanya kepada Yusuf bin Tasyfin, sedang ia sendiri mengembara di Sahara sampai wafatnya tahun 480 H. Tahap Murabithun sebagai Negara agama secara formal dimulai saat Yusuf ibn Tasyfin memimpin murabithun dengan pemerintah layaknya sebuah negara.[11]   
Pada tahun 1062 M, Yusuf bin tasyfin mendirikan ibu kota di Maroko. Dia berhasil menaklukkan Fez (1070 M) dan Tangier (1078 M). Pada tahun 1080-1082 M, ia berhasil meluaskan wilayah sampai ke Al Jazair. Dia mengangkat para pejabat Al-Murabithun untuk menduduki jabatan Gubernur pada wilayah taklukannya, sementara ia memerintah di Maroko.[12]
Dinasti ini mengambil Marakesh menjadi ibukota Murabithun dengan kekuasaan meliputi wilayah Maroko hingga Spanyol. Hubungan dinasti dengan kekhalifahan Abbasiyah sangat erat bahkan mereka sangat loyal terhadap kekhalifahan Abbasiyah dan tunduk pada kekuasaannya dengan tidak memakai gelar Amir al-Mukminin yang merupakan gelar khalifah di Baghdad. Menurut Yusuf ibn Tasyfin khalifah di Baghdad lah satu-satunya yang berhak atas gelar itu. Hal ini disebabkan nasab mulia yang ada pada mereka sebagai penguasa Makkah dan Madinah sedang Yusuf hanya sebatas juru dakwah mereka.[13]
Sebagai negara atas dasar agama, Yusuf ibn Tasyfin yang memerintah 453-500 H tetap konsisten dalam berjihad memberantas kemungkaran yang terjadi di kalangan internal kekuasaan Islam atau peperangan yang dikobarkan oleh pihak Kristen. Dalam soal memberantas kemungkaran internal masyarakat Islam, ketika melihat perilaku Muluk al Thawaif yanmg bermewah-mewah dengan harta yang diambil dari pajak memberatkan rakyat, Yusuf menyarankan mereka untuk berbuat baik. Ketika mereka menolah, kecuali Ibn Ibad, akhirnya Yusuf menyerang kota-kota mereka satu-persatu dan menguasai Andalusia tahun 459 H tunduk pada pemerintahan dinasti Murabithun di Afrika Utara. Sedang perilaku politik negara agama Murabithun yang dilakukan oleh Yusuf terhadap orang Kristen adalah dengan melakukan penyerangan terhadap mereka.[14]
Yusuf bin Tasfin meninggalkan Afrika pada tahun 1086 M. Konon wilayah kekuasaan Islam di Andalusia pada masa-masa abad ke-11 itu nyaris direbut oleh Raja Alfonso VI dari Kerajaan Castilia. Untunglah pasukan tentara Muslim dari Afrika Utara, pimpinan Yusuf bin Tasyfin tadi yang diundang Al-Mu'tamid bin Abbas, Amir Cordoba, segera datang menyelamatkan wilayah itu.[15] Dalam pertempuran hebat yang terjadi di Zallaqah pada 23 Oktober 1086, pasukan tentara Islam  (sekitar 20.000orang ) [16] itu memukul mundur pasukan Castilia. dan memperoleh kemenangan besar atas Alfonso VI (Raja Castile Leon) dan Yusuf bin Tasfin mendapat dukungan dari Muluk At-Thawa’if dalam pertempuran di Zallaqah.[17] Dari sini penakhlukkan Murabithun diteruskan ke Granada dan Malaga, setelah diundang kembali untuk melawan raja Kristen tahun 1088.[18]
Ketika Yusuf bin Tasfin meninggal Dunia, ia mewariskan kepada anaknya, Abu Yusuf bin Tasyfin. Warisan itu berupa kerajaan yang luas dan besar terdiri dari negeri-negeri Maghrib, bagian Afrika dan Spanyol. Ali ibn Yusuf melanjutkan politik pendahulunya dan berhasil mengalahkan anak Alfonso VI (1108 M). Kemudian ia ke Andalusia merampas Talavera Dela Rein. Lambat laun Dinasti Al- Murabithun mengalami kemunduran dalam memperluas wilayah. Kemudian Ali mengalami kekalahan pertempuran di Cuhera (1129 M). kemudian ia mengangkat anaknya Tasyfin bin Ali menjadi Gubernur Granada dan Almeria. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menguatkan moral kaum Murabithun untuk mempertahankan serangan dari raja Alfonso VII.[19]
Dinasti Al- Murabithun memegang kekuasan selama 90 tahun, dengan enam orang penguasa yaitu :
1. Abu Bakar bin Umar (1056-1061 M)
2. Yusuf bin Tasyfin (1061-1107 M)
3. Ali bin Yusuf (1107-1143 M)
4. Tasyfin bin Ali (1143-1145 M)
5. Ibrahim bin Tasfin
6. Ishak bin Ali.[20]
Masa terahir Dinasti Al-Murabithun tatkala dikalahkan oleh Dinasti Muwahiddun yang dipimpin oleh Abdul Mun’im. Dinasti Muwahiddun menaklukkan Maroko pada tahun 1146-1147 M yang ditandai dengan terbunuhnya penguasa Al-Murabithun yang terakhir, Ishak bin Ali.

C.      Kemajuan yang di Capai Dinasti Murabithun
Dinasti Murabbitun memegang kekuasaan selama 90 tahun dengan enam orang penguasa  yang telah disebutkan di atas. Murabbitun memegang peran penting mempersatukan  bangsa Barbar dalam satu kesatuan. Dinasti Murabbitun banyak mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan arsiktektur bangunan masjid.[21]
Daulah inilah yang pertama membuat dinar memakai huruf Arab dengan tulisan Amir al-Mu’minin dibagian depan mencontoh uang Abbasiyah dan bertuliskan kalimat iman dibagian belakang.
Terkait dengan ekonomi, di bawah kekuasaan Yusuf berkembang dengan pesat. Ia dapat mengumpulkan penghasilan untuk negara sebesar 120.000 pound emas. Ia juga menghapus pajak karena tidak ada perintah dalam Al-Qur’an. Dan kehidupan amat murah dan bersahaja sedang masyarakat menikmati kedamaian. Kehadiran agama Kristen dan Yahudi sedikit sulit namun mereka menikmati kebebasan beragama, tapi tidak boleh mendirikan gereja atau sinagong. Kebebasan berpikir pada zamannya dihalang-halangi, mereka menentang teologi dan sufisme. Dinasti Murabithun merupakan dinasti Sunni dengan mazdhab hukumnya Maliki. Namun dalam soal dekorasi bentuk puisi populer dan lagu berkembang.[22]

D.      Kemunduran dan Kehancuran Kekuasaan Murabithun
Dinasti ini mengalami kemunduran dan kehancuran pada tahun 541 H. Sebab-sebab kehancuran mulai terasa ketika Ali, anak Yusuf menduduki jabatan Amir, karena tidak secakap ayahnya. Ia banyak menggunakan waktunya untuk beribadah, didominasi istrinya. Hal ini membuat masyarakat tidak bergembira, bangsawan berebut kekuasaan, tentaranya ceroboh, orang kaya Berber mengikuti jalan syetan.[23]
Adapun secara terperinci, diantara faktor-faktor penyebab runtuhnya pemerintahan dinasti Murabbitun adalah:
1. Lemahnya disiplin tentara dan meraja lelanya korupsi yang melahirkan disintegrasi.
2. Berubahnya watak keras pembawaan Barbar menjadi lemah ketika memasuki kehidupan Maroko di Andalus yang mewah.
3. Mereka memasuki Andalus ketika kecemerlangan intelektual kalangan Arab telah mengganti kesenangan berperang.
4. Kontak dengan peradapan sedang menurun dan tidak siap mengadakan asimilasi.
5. Dikalahkan oleh dinasti dari rumpun keluarganya sendiri, al-Muwahidun[24]
Sedangkan menurut Abdul Hamid, sebagaimana yang dikutip oleh Taufiqurrahman, kehancuran Murabithun disebabkan juga diantaranya karena: 1) ketidaksukaan sekelompok kalangan terdidik dari Andalusia terhadap pemerintahan Murabithun yang dianggap keras, bodoh, tidak bisa memahami sastra budaya, menolak filsafat dan kalam dan hanya mengagungkan fiqih dan tafsir. Sifat inilah yang menyulut kebencian orang-orang Andalusia; 2) Murabithun tidak bisa mempertahankan sikap keberanian, kekuatan, kefanatikan pada agama. Hal ini dapat dilihat setelah 20 tahun menguasai Andalusia mereka menjadi pemalas, pemabuk, pemuas hawa nafsu, perampok dan pencuri dan penuasanya bergelimang dengan kecantikan wanita disamping figalanya ambisius.[25]


KESIMPULAN

Dinasti Murabbitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang didirikan oleh Abdullah ibn Yasin. Pada tahun 1062 M, Yusuf ibn Tasyfin yang diserahi pemerintahan pada masa selanjutnya, berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-raja kristen.
Dinasti Al- Murabithun memegang kekuasan selama 90 tahun, dengan enam orang penguasa yaitu : Abu Bakar bin Umar (1056-1061 M), Yusuf bin Tasyfin (1061-1107 M), Ali bin Yusuf (1107-1143 M), Tasyfin bin Ali (1143-1145 M), Ibrahim bin Tasfin dan Ishak bin Ali.
Dinasti ini mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan arsiktektur bangunan masjid. Selain itu daulah inilah yang pertama membuat dinar memakai huruf Arab dengan tulisan Amir al-Mu’minin dibagian depan mencontoh uang Abbasiyah dan bertuliskan kalimat iman dibagian belakang. Dinasti ini mengalami kemunduran dan kehancuran pada tahun 541 H.
faktor-faktor penyebab runtuhnya pemerintahan dinasti Murabbitun adalah: 1) Lemahnya disiplin tentara dan meraja lelanya korupsi yang melahirkan disintegrasi; 2)Berubahnya watak keras pembawaan Barbar menjadi lemah ketika memasuki kehidupan Maroko di Andalus yang mewah; 3)Mereka memasuki Andalus ketika kecemerlangan intelektual kalangan Arab telah mengganti kesenangan berperang; 4)Kontak dengan peradapan sedang menurun dan tidak siap mengadakan asimilasi; 5)Dikalahkan oleh dinasti dari rumpun keluarganya sendiri, al-Muwahidun
Dinasti Muwahiddun menaklukkan Maroko pada tahun 1146-1147 M yang ditandai dengan terbunuhnya penguasa Al-Murabithun yang terakhir, Ishak bin Ali.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung dkk, Sejarah Peradaban Islam,(Yogyakarta: Lesfi, 2009).
Taufiqurrahman, Sejarah Social Politik Masyarakat Islam, (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003).
Bosworth , C.E., Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung: Mizan, 1993).
Munir Amin, Syamsul, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009).
http://koran.republika.co.id/koran/0/129539/Dinasti_Al_Murabitun
http://kitabercerita.wordpress.com/2009/10/30/perkembangan-islam-di-spanyol/
http://dheo-education.blogspot.com/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
http://solikahspt.blogspot.com/2011_01_01_archive.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Murabitun


[1] Dudung Abdurrahman,dkk, Sejarah Peradaban Islam,(Yogyakarta: Lesfi, 2009),hal. 227.
[2] Ibid.,
[3] Taufiqurrahman, Sejarah Social Politik Masyarakat Islam, (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003), hal. 169.
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Murabitun
[5] C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung: Mizan, 1993), hal. 50.
[6] Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal 268.
[7] Dudung Abdurrahman,dkk, Sejarah Peradaban Islam,(Yogyakarta: Lesfi, 2009),hal. 227.
[8] Ibid.,
[9] Taufiqurrahman, Sejarah Social Politik Masyarakat Islam, (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003), hal. 168.
[10] Ibid.,
[11] Ibid.,
[12] http://koran.republika.co.id/koran/0/129539/Dinasti_Al_Murabitun
[13] Ibid., hal. 169.
[14] Ibid., hal 170.
[15] http://kitabercerita.wordpress.com/2009/10/30/perkembangan-islam-di-spanyol/
[16] Taufiqurrahman, Sejarah Social Politik Masyarakat Islam, (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003), hal. 170.
[17] http://dheo-education.blogspot.com/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
[18] Taufiqurrahman, hal. 170.
[19] http://koran.republika.co.id/koran/0/129539/Dinasti_Al_Murabitun
[20] http://dheo-education.blogspot.com/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
[21] http://solikahspt.blogspot.com/2011_01_01_archive.html
[22] Taufiqurrahman, hal 170.
[23] Taufiqurrahman, hal. 171.
[24]http://solikahspt.blogspot.com/2011_01_01_archive.html.
[25] Taufiqurrahman, hal. 171.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar